Belajar dari Nabi Muhammad SAW Cara Menghadapi Masa Sulit
Masa sulit yang harus dihadapi setiap manusia ini belum tentu sesuatu yang buruk.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa-masa sulit adalah bagian dari hukum Allah terhadap manusia di alam semesta ini. Ujian dan masa sulit merupakan bagian dari tes yang harus dilalui semua orang.
Masa sulit yang harus dihadapi setiap manusia ini belum tentu sesuatu yang buruk. Sebaliknya, kesulitan yang dialami bisa menjadi pengalaman belajar, pengingat, penyucian dari dosa dan kesalahan, ujian kesabaran dan ketekunan, atau semuanya bersama-sama.
"Kita dapat keluar dari masa-masa sulit dengan lebih dekat dengan Allah, lebih kuat, bersatu, lebih terampil dan lebih terbimbing. Hal ini bisa diraih ketika kita tahu bagaimana menjalani dan menanggapinya," ujar seorang penulis dan tokoh aktif di Muslim American Society (MAS) Wael Hamza, dikutip di About Islam, Rabu (3/5/2023).
Hamza menyebut, tidak ada sosok yang lebih baik untuk belajar bagaimana menanggapi masa-masa sulit selain Nabi Muhammad. Bukan hanya dikenal sebagai orang besar yang berakhlak mulia, Rasulullah SAW juga dibimbing oleh wahyu dari Allah SWT.
Mengikuti jejaknya sangat penting untuk dapat menjalani kehidupan yang sukses dan merupakan bagian dari diri seorang Muslim. Umat Islam adalah orang-orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Oleh karena itu, mengikuti teladannya merupakan bagian integral dari Islam.
"Nabi melewati banyak masa sulit baik di tingkat pribadi maupun komunitas. Hidupnya sangat sukses, namun itu yang paling menantang," lanjut dia.
Atas kehendak dan bimbingan Allah, Rasulullah mampu menghadapi semua tantangan yang dia hadapi dan keluar dari masa-masa sulit jauh lebih kuat dari sebelumnya. Di bawah ini, ada beberapa hal yang bisa menjadi pembelajaran tentang bagaimana Nabi akan membantu Muslim melalui masa-masa sulit, serta memungkinkan meraih hikmah di balik tantangan ini.
Belajar dari Nabi Muhammad SAW Cara Menghadapi Masa Sulit
1. Kesulitan adalah ujian yang tak terelakkan
Tahu bahwa kesulitan adalah sebuah ujian yang tidak bisa dihindari adalah konsep pertama dan terpenting yang harus diyakini. Dalam QS Al'-Ankabut ayat 2 disebutkan, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?"
Ketika seseorang mengklaim beriman kepada Allah SWT, membela yang benar, menentang yang salah, mendukung keadilan atau melawan penindasan, semua klaim ini akan diuji. Allah SWT akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang berbohong.
Ini adalah tradisi orang-orang yang berada di jalan yang lurus setiap saat. Nabi dan para sahabatnya ditanya dalam Alquran, sebuah pertanyaan yang juga ditanyakan kepada kita semua.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 214 disebutkan, "Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
2. Kesulitan terjadi karena kehendak Allah SWT
Sangat penting untuk mengetahui dan percaya bahwa tidak ada yang akan terjadi pada seseorang kecuali apa yang Allah tetapkan untuknya. Dalam QS At-Taubah ayat 51 disampaikan, "Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”
Rasulullah SAW mengajari salah satu sepupu mudanya, 'Abdullah Ibn 'Abbas, tentang takdir. Rasulullah SAW menyebut, "Ketahuilah, bahwa apa saja yang luput darimu, maka tidak akan pernah menimpamu. Dan apa yang menimpamu, maka tidak akan pernah luput darimu."
"Keyakinan ini memberi seseorang kenyamanan dan mencegah rasa takut dari kesulitan di masa depan. Namun, yang lebih penting adalah membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan yang sedang dialami," ujar Hamza.
Allah SWT dalam QS At-Taghabun ayat 11 bersabda, "Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya."
3. Larilah kepada Allah
Dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Al Ta'if, ia memanjatkan doa, "Ya Allah, Aku mengadukan kepadamu lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai yang Maha Pengasih, Engkaulah Tuhan orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku."
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah ini adalah salah satu contoh untuk selalu berlindung kepada Allah dan meminta bantuan dan dukungan-Nya. Hal ini merupakan tindakan yang sangat penting yang harus kita lakukan selama masa sulit.
Masa-masa sulit yang sedang dihadapi di dunia adalah cobaan dari Allah dan terjadi dengan izin-Nya. Karena itu, hanya atas izin dan kuasa-Nya lah apa yang dialami seseorang dapat diringankan.
4. Selalu optimistis
Memiliki harapan dan rasa optimistis adalah dua sikap penting yang dijunjung Nabi saat menghadapi kesulitan.
“Demi Allah, Allah akan menyelesaikan masalah ini sampai musafir dapat melakukan perjalanan dari Sana'a ke Hadhramaut karena tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah dan serigala yang mungkin memakan dombanya." HR Bukhari
Pernyataan ini disampaikan Nabi kepada Khabbab, ketika dia mengeluh tentang beratnya siksaan yang dia dan umat Islam lainnya terima di Makkah. Pengharapan kepada Allah dan keyakinan akan ada kemudahan setelah kesulitan inilah yang membuat mereka terus maju.
Harapan ini tidak hanya disimpan dalam hati tetapi juga disebarkan melalui kata-kata dan sikap. Nabi menguasai rasa optimisme dan mencari optimisme.
“Pertanda buruk itu palsu! Dan aku suka Al-fa'l (pertanda baik)” kata nabi kepada para sahabatnya. Mereka bertanya, “Apa itu Al-Fa’l?” Dia menjawab, “Kata yang bagus.” (HR Muslim)
Di atas merupakan beberapa contoh perilaku dan sifat Nabi Muhammad SAW yang bisa dicontoh ketika dihadapkan pada masa-masa sulit. Percayalah, sesuai QS Al-Baqarah ayat 286, "Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya."