Kurangi Impor, Pupuk Kaltim Dirikan Pabrik Soda Ash
Pupuk Kaltim membangun pabrik baru di Bontang, Kalimantan Timur.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) atau PKT akan mencoba produksi komoditas soda ash tingkat nasional. Perusahaan pun telah membangun pabrik baru di Bontang, Kalimantan Timur.
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi menjelaskan, langkah itu sebagai salah satu upaya PKT dalam menerapkan ekonomi sirkular. "Kami memanfaatkan produk sampingan CO2 yang dihasilkan dari pabrik amoniak existing untuk menghasilkan produk hilir yang memberikan nilai tambah," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (4/5/2023).
Disebutkan, produksi soda ash akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik serta amoniak sebagai by product pembuatan urea. Diharapkan dengan kapabilitas yang ada, PKT akan memenuhi kebutuhan soda ash domestik dan mengurangi ketergantungan impor.
Pada tahap awal ini, perusahaan petrokimia dan produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara itu menyatakan, siap memenuhi hingga 30 persen kebutuhan nasional atau mencapai 300 ribu metrik ton per tahun (MTPY). Soda ash tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca, keramik, detergen, dan lainnya.
Melalui pembangunan pabrik soda ash ini, kata Rahmad, beban emisi CO2 perusahaan bukan hanya berkurang, tapi juga akan dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bermanfaat bagi industri dan kebutuhan harian masyarakat dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular. Pabrik soda ash milik PKT nantinya berpotensi menyerap lebih lanjut ekses CO2 sekitar 170 ribu ton per tahun yang tidak berasal dari pembakaran atau combustion bahan bakar fosil. Ini sesuai prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE).
“PKT sebagai pelaku industri petrokimia optimis membuka peluang produksi soda ash di Indonesia demi mengurangi ketergantungan impor ke depannya. Selain itu, rencana ini juga sejalan dengan target perusahaan menuju net zero emission pada 2060," tutur dia.
Rahmad menambahkan, rencana tersebut melalui pengolahan emisi dan ekses produksi dari pabrik dan menjadikannya sebagai komoditas baru bernilai tambah. "Kami berharap inovasi ini dapat membantu PKT untuk semakin memimpin upaya transformasi industri petrokimia menjadi industri yang lebih hijau,” ujarnya.