Pesan Wapres ke PERTI: Khittah tak Boleh Berubah

Wapres dorong PERTI teguhkan kembali ke khittah.

Dok BPMI/Setwapres
Pesan Wapres ke PERTI: Khittah tak Boleh Berubah. Foto: Wakil Presiden Maruf Amin
Rep: Fauziah Mursid Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mendorong Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) untuk meneguhkan kembali khittah atau garis perjuangan sesuai arah saat didirikan. Dalam puncak milad PERTI ke-95 yang digelar di Universitas Negeri Padang (UNP), Jumat (5/4/2023), Kiai Ma'ruf mengingatkan khittah tarbiyah islamiyah yang diajarkan pendiri PERTI Syekh Sulaiman Arrasuli.

"Zaman boleh berubah, perpolitikan boleh berubah, ilmu pengetahuan boleh berubah, tapi khittah tidak boleh berubah dia harus tetap sebagai panduan," ujar Kiai Ma'ruf dalam sambutannya.

Kiai Ma'ruf mengatakan, kembali ke khittah juga tidak berarti kemudian meninggalkan perbaikan-perbaikan maupun pembaruan. Sebab, umat Islam juga tidak boleh statis dan konservatif.

Hal ini karena semakin banyak persoalan yang muncul dalam kehidupan, sementara nash Al Quran dan Hadits tidak bertambah. Sehingga diperlukan ijtihad-ijtihad untuk menjawab persoalan tersebut.

Dia menyebut, kebanyakan syariah adalah hasil ijtihad sedangkan nash tidak sampai 10 persen.

"Karena nash itu terbatas, tidak pernah nambah Al-Qur’an itu, hadis itu. Tetapi masalah-masalah tidak pernah berhenti, oleh karena perlu ada ijtihad-ijtihad yang dilakukan menurut cara-cara yang diwariskan oleh para ulama itu," ujarnya.

Karena itu, dia mendorong PERTI terus meneguhkan Khittah Tarbiyahnya khususunya melahirkan generasi-generasi yang menguasai masalah agama dan juga pengetahuan. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu pun mendukung tema PERTI yakni 'Meneguhkan Khittah Menjaga Persatuan Menuju Indonesia Emas'. Saat ini menurutnya, perjuangan bukan lagi mengusir penjajah, tetapi bagaimana ikut dalam pembangunan.

Selain itu, di usia PERTI yang hampir memasuki abad ke-2, khittah itu hendaknya disesuaikan dalam bentuk langkah atau gerakan-gerakan perbaikan.

"Menjelang 100 tahun itu momentum terjadinya perubahan dan perbaikan. Kalau menurut hadis Nabi, awal 100 tahun ada orang yang melakukan perbaikan, pembaharuan agamanya, bukan dalam arti ajarannya tapi pengorganisasiannya dan pengelolaannya supaya lebih baik, melakukan upaya-upaya yang lebih baik lagi," ujarnya.
 

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler