BMKG Prakirakan Musim Kemarau di Sumsel Hingga Oktober

Musim kemarau berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

ANTARA/Nova Wahyudi
Ilustrasi. Prajurit TNI AU memindahkan karung yang berisi garam kedalam pesawat Cassa C212 milik Skuadron IV Lanud Abdulrachman Saleh sebelum melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (Lanud SMH) Palembang, Sumatera Selatan. BMKG Prakirakan Musim Kemarau di Sumsel Hingga Oktober
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatra Selatan memprakirakan musim kemarau di wilayah itu berlangsung pada Mei hingga Oktober 2023.

Baca Juga


"Secara umum wilayah Sumsel sedang berlangsung pancaroba dari musim hujan ke kemarau," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sumsel Nandang Pangaribowo, Jumat (5/5/2023).

BMKG juga memprakirakan puncak musim kemarau di wilayah itu pada Juli-Agustus. Pada Juli itu puncak musim kemarau di bagian barat Sumsel, yaitu Kota Lubuklinggau, Kota Pagar Alam, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Empat Lawang, dan Kabupaten Lahat.

Pada Agustus di bagian tengah dan timur Sumsel, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Muara Enim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Komering.

Berdasarkan data yang dihimpun BMKG Sumsel, potensi El Nino akan terjadi pada semester kedua 2023.

"Sehingga semua pihak pemangku kepentingan berkaca dari tahun 2015 dan 2019 yang terjadinya El Nino. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup signifikan di wilayah Sumsel yang menyebabkan asap dapat timbul hingga masuk ke Kota Palembang," katanya.

BMKG Sumsel juga telah mengimbau masyarakat dan terutama pemerintah daerah untuk siap siaga terhadap dampak El Nino.

"Apabila benar-benar terjadi El Nino tersebut dampaknya itu akan cukup signifikan di wilayah timur Sumsel karena banyak memiliki lahan gambut. Jadi bila titik panas terjadi di musim kemarau cukup banyak di daerah tersebut itu akan memudahkan terjadinya karhutla," kata dia.

Gubernur Sumatra Selatan Herman Deru telah memberi izin untuk mengoperasikan teknologi modifikasi cuaca (TMC) sebagai upaya menanggulangi bencana karhutla. Ia mengatakan surat izin melakukan TMC diterbitkan pada Rabu (26/4/2023) yang kemudian diteruskan ke setiap kepala daerah di 17 kabupaten dan kota di Sumsel.

Pada Maret 2023, ia menerbitkan surat penetapan bahwa Sumsel berstatus siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. TMC merupakan kegiatan modifikasi atau merekayasa cuaca untuk meningkatkan potensi turun hujan di antaranya dengan cara menyemai garam dalam jumlah besar ke awan potensial.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler