Sering Nahan Kencing? Hentikan Sekarang, Risikonya Mengerikan
Risiko menahan kencing tampak tak berbahaya, namun justru bisa merusak kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menahan buan air terkadang dilakukan sebagian orang ketika berada di perjalanan dan sulit menemukan toilet. Menahan buang air kecil dapat menyebabkan rasa tidak nyaman serta bisa menimbulkan masalah urologis.
Dilansir laman Best Life pada Senin (8/5/2023), ahli urologi memaparkan akibat dari kebiasaan menahan buang air kecil yang tampaknya tidak berbahaya namun dapat merusak kesehatan. Berikut ini adalah lima hal yang terjadi pada tubuh, ketika menahan buang air kecil:
1. Kemungkinan terkena infeksi saluran kemih
Salah satu risiko terbesar menahan kencing terlalu lama atau terlalu sering adalah meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK). “Ketika urine tertahan di kandung kemih, itu menciptakan tempat berkembang biak bagi bakteri untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi,” kata residen urologi dan ahli medis internal untuk bedbible.com, Martina Ambardjieva.
Ketika urine tidak dikeluarkan secara teratur, bakteri dapat menyebar ke uretra dan ginjal, yang pada akhirnya menyebabkan ISK. ISK biasanya memerlukan pengobatan antibiotik, jadi harus selalu segera ke dokter saat mengalami tanda-tanda pertama infeksi.
Gejalanya bisa berupa keinginan kuat untuk buang air kecil yang tidak hilang, sensasi terbakar saat buang air kecil, sering buang air kecil, buang air kecil dalam jumlah sedikit, urine keruh atau berubah warna, dan nyeri panggul. Gagal mengobati ISK dapat menyebabkan kondisi yang lebih menyakitkan dan serius seperti infeksi ginjal.
2. Melemahkan otot-otot kandung kemih
Menurut spesialis nyeri panggul yang berlokasi di New York City, Amerika Serikat, Sonia Bahlani, menahan buang air kecil terlalu lama dapat menyebabkan kontraksi otot dasar panggul. “Ketika ini terjadi, itu dapat menyebabkan kelemahan otot di sekitar kandung kemih,” ujarnya.
Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini dapat menyebabkan hal-hal seperti nyeri atau inkontinensia. Ambardjieva mengatakan, secara khusus, ini terjadi ketika otot detrusor di kandung kemih berkontraksi dan menekan sfingter uretra yang tertutup.
Dia mengatakan, seiring waktu, kontraksi otot yang berkelanjutan ini dapat menyebabkannya menjadi lemah, dan tidak dapat berkontraksi atau rileks dengan benar saat diperlukan. "Hal ini menyebabkan ketidakmampuan untuk mengontrol atau mengosongkan urin sepenuhnya dari kandung kemih saat buang air kecil,” kata dia.
3. Kemungkinan terkena batu kandung kemih
Ambardjieva memaparkan konsekuensi lain dari menahan buang air kecil terlalu lama yaitu risiko batu kandung kemih. Terbentuk di dalam kandung kemih saat tidak kosong sepenuhnya, ini adalah gumpalan mineral keras yang dapat menyebabkan sakit perut, nyeri saat buang air kecil, darah dalam urin, dan gejala lainnya.
“Urine diproduksi oleh ginjal. Urine terdiri atas air yang bercampur dengan produk limbah yang dikeluarkan ginjal dari darah," kata National Health Service (NHS) Inggris.
Salah satu produk limbahnya adalah urea, yang terdiri atas nitrogen dan karbon. Jika ada urine yang tertinggal di kandung kemih, bahan kimia dalam urea akan saling menempel dan membentuk kristal. Seiring waktu, kristal akan mengeras dan membentuk batu kandung kemih.
Dalam beberapa kasus, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi mendasar yang menghentikan pengosongan kandung kemih sepenuhnya. Ini mungkin termasuk hiperplasia prostat jinak (BPH) dan penyakit kandung kemih neurogenik.
4. Mengalami lonjakan tekanan darah
Menahan kencing juga dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. “Hasil literatur mengungkapkan, menahan urine setidaknya tiga jam setelah buang air kecil sebelumnya meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita paruh baya,” kata Ambardjieva.
Untuk alasan ini, semua orang harus selalu mengosongkan kandung kemih sebelum mengukur tekanan darah. Ahli urologi mencatat, mekanisme di balik perubahan tekanan darah ini masih kurang dipahami.
“Diperkirakan bahwa distensi kandung kemih dapat meningkatkan tekanan darah karena menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis. Peningkatan aktivitas ini mengakibatkan peningkatan denyut jantung, penyempitan arteriol, dan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer,” kata Ambardjieva.
5. Meningkatkan sedikit risiko terkena kanker kandung kemih
Ambardjieva memperingatkan, ada satu lagi kondisi serius yang mungkin terkait dengan menahan kencing yaitu kanker kandung kemih. Ketika urine ditahan di kandung kemih terlalu lama, bakteri dapat menumpuk dan tumbuh yang meningkatkan peradangan dan iritasi pada lapisan jaringan kandung kemih.
"Peradangan kronis ini dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel di wilayah ini, yang meningkatkan peluang mereka untuk menjadi kanker,” kata dia.
Seorang ahli bedah urologi dan direktur medis Spesialis Kanker Urologi di Los Angeles, Amerika Serikat, S Adam Ramin, masih skeptis akan hal tersebut. Dia berpendapat, saat ini tidak ada penelitian yang cukup untuk menunjukkan bahwa menahan buang air kecil menjadi faktor risiko kanker.
Dia mencatat, peradangan kronis memang merupakan faktor risiko kanker kandung kemih. Namun dia menekankan hubungan antara kanker dan menahan buang air kecil terlalu lama adalah teoretis dan berputar-putar.
Tetapi Ramin setuju bahwa sebaiknya buang air kecil harus disegerakan setelah merasa perlu. “Biasakan untuk menjadwalkan diri istirahat sebentar setiap dua hingga tiga jam untuk menggunakan kamar kecil sebelum dorongan semakin besar,” kata dia.