Mengenal Perbedaan Antara Alzheimer dan Demensia
Alzheimer dan demensia bukanlah kondisi yang sama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Alzheimer dan demensia bukanlah hal yang sama meskipun istilah tersebut sering dikelompokkan bersama dan digunakan secara bergantian. Demensia adalah istilah umum untuk kehilangan kemampuan mengingat, berpikir atau mengambil keputusan, mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Dikutip dari The Sun, Jumat (5/5/2023), demensia dapat dibagi menjadi dua kelompok utama. Tetapi beberapa kondisi termasuk dalam kedua kategori tersebut, yakni kortikal dan sub-kortikal.
Kortikal menyebabkan kehilangan ingatan yang parah, sementara itu sub-kortikal adalah yang memengaruhi kecepatan dan aktivitas berpikir (seperti yang terlihat pada penyakit Parkinson). Ada tanda-tanda peringatan dini untuk banyak kasus demensia.
Tahap awal ini dikenal sebagai gangguan kognitif dan hampir tidak terlihat atau disalahartikan sebagai hal lain, seperti depresi. Tanda-tanda demensia bisa hampir tidak kentara, tetapi termasuk kelambanan berpikir, kesulitan dengan perencanaan, masalah dengan bahasa, masalah dengan perhatian dan konsentrasi, perubahan suasana hati atau perilaku.
Gejala-gejala ini dapat menunjukkan bahwa beberapa kerusakan otak telah terjadi dan pengobatan harus segera dimulai sebelum gejala menjadi lebih parah. Perubahan sering kali terjadi secara tiba-tiba, dengan periode yang relatif stabil di antaranya, meski sulit untuk memprediksi kapan langkah ini akan terjadi.
Kuncinya adalah bertindak cepat. Berikutnya, ada tanda-tanda lebih lanjut yang mungkin terjadi, antara lain perasaan disorientasi dan bingung, kehilangan ingatan dan kesulitan berkonsentrasi, sulit menemukan kata yang tepat, dan perubahan kepribadian yang parah. Ini termasuk menjadi agresif, sulit berjalan, berjuang untuk mengontrol buang air kecil dan melihat hal-hal yang tidak ada.
Tidak ada pengobatan khusus untuk demensia. Tragisnya, tidak ada cara untuk membalikkan kerusakan otak yang telah terjadi.
Pengobatan dapat membantu memperlambat perkembangan kondisi penderita. Tujuan utamanya adalah mengobati penyebab yang mendasari untuk membantu mencegah masalah lebih lanjut, seperti strok.
Obat-obatan dan perubahan gaya hidup akan dianjurkan termasuk dengan sehat, menurunkan berat badan jika perlu, berhenti merokok, menjadi bugar, dan mengurangi alkohol. Dukungan seperti fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara dan bahasa juga bermanfaat, tetapi meskipun mengobati demensia, penyakit itu dapat secara signifikan mempersingkat harapan hidup.
Waktu kelangsungan hidup rata-rata dari diagnosis adalah sekitar empat tahun dan kebanyakan orang akan meninggal karena komplikasi demensia, seperti pneumonia, atau strok berikutnya. Namun, harapan baru untuk perawatan anyar demensia sudah di depan mata.
Uji coba di bulan Mei yang menunjukkan obat yang disebut donanemab tampak menjanjikan. Obat itu dapat mengurangi penurunan mental hingga 35 persen dalam 18 bulan.
Sedangkan penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. Ini merupakan penyakit otak degeneratif yang disebabkan oleh perubahan otak yang kompleks setelah kerusakan sel.
Para ahli masih belum sepenuhnya memahami penyebab pasti penyakit tersebut. Tetapi mereka percaya itu mungkin terjadi ketika protein tingkat tinggi terjerat dan mengelilingi sel-sel otak, yang menyebabkan kerusakan dan kematian sel.
Ini kemudian menyebabkan komunikasi antar sel-sel otak perlahan memudar. Sel-sel otak di daerah hippocampus otak biasanya terpengaruh lebih dahulu.
Hal tersebut menyebabkan kesulitan mengingat sesuatu karena hippocampus adalah pusat pembelajaran dan memori. Alzheimer menyebabkan gejala demensia seperti masalah dengan ingatan jangka pendek, kesulitan membayar tagihan atau mengingat janji.
Gejalanya memburuk dari waktu ke waktu karena seseorang mungkin kehilangan kemampuan berbicara atau menulis dengan benar, melakukan tugas sehari-hari seperti berpakaian, atau mengingat kerabatnya. Seseorang dengan Alzheimer juga dapat menjadi mudah bingung dan agresif serta kadang-kadang memiliki ledakan kemarahan atau perilaku kekerasan.