Pendeta Saifuddin Ibrahim Potong Hidangan Babi Ucap Bismillah

Saifuddin Ibrahim sebut orang Arab berbohong karena haramkan babi.

Tangkapan layar
Pendeta Saifuddin Ibrahim
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pendeta Saifuddin Ibrahim atau Abraham Ben Moses kembali membuat kontroversi. Ramai beredar di media sosial bahwa pria yang ngaku mantan ustaz tersebut memotong hidangan babi dengan mengucapkan bismillah.

Baca Juga


Selain itu dia menyindir orang Arab, yang dianggapnya membohongi umat Islam karena mengharamkan daging babi. Dia dengan percaya dirinya mengatakan bahwa tidak mau lagu dibohongi Bangsa Arab soal makan daging babi.

"Bismilahirohmanirohim, makanan terenak di dunia, kata orang Arab ini haram eh ternyata harum, 40 tahun saya dibohongi sama orang Arab," kata Saifuddin dalam video yang beredar luas di media sosial.

Dalam video tersebut terlihat Saifuddin dan sejumlah orang berada di sebuah ruangan, yang sepertinya tengah merayakan sesuatu. Hidangan satu ekor babi utuh terlihat berada di tengah meja siap dipotong oleh penista agama tersebut.

Dia bahkan membandingkan negara-negara yang makan babi dan yang tidak makan babi. Menurut dia, negara yang penduduknya berumur panjang kebanyakan mereka memakan babi, sementara bangsa yang tidak memakan babi penduduknya berumur oendek. Bangsa Arab, kata dia selama ini membohongi umat manusia karena menghakimi bahwa babi itu haram.

"Katanya babi itu haram, bangsa-bangsa yang memakan babi itu umurnya panjang," kata dia.

"Sedangkn orang Arab umurnya pendek, 20 ribu Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan banyak yang bekerja mendorong lansia, berarti orang Taiwan umur panjang karena makan babi," ujarnya menambahkan.

Pada 2022, Saifuddin juga sempat viral karena perkataannya tentang Islam. Dir Siber Bareskrim Mabes Polri, sudah menetapkan Saifuddin Ibrahim sebagai tersangka penistaan agama, dan ujaran kebencian pada Maret tahun lalu. 

Menurut pendeta asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, 300 ayat dalam kitab suci agama Islam itu, adalah menjadi penyebab suburnya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Saifudin Ibrahim juga mengatakan, pondok pesantren, dan madrasah yang ada di Indonesia merupakan lembaga pendidikan pencetak terorisme dan radikalisme. 

Tindakannya tersebut mendapat kecaman dari berbagai tokoh publik. Pada 2017 lalu, dia juga pernah ditangkap karena kasus ujaran kebencian. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler