China akan Kirim Utusan ke Rusia dan Ukraina Bantu Penyelesaian Krisis 

Kunjungan Li menunjukkan komitmen China mempromosikan perdamaian dan pembicaraan

EPA-EFE/SERGEY DOLZHENKO
Pencari ranjau Ukraina meledakkan ranjau anti-tank dan bahan peledak lainnya yang ditemukan di dekat kota Bucha, pada jarak militer di luar Kyiv (Kiev), Ukraina, Kamis (13/4/2023), di tengah invasi Rusia. Pasukan Rusia memasuki wilayah Ukraina pada 24 Februari 2022, memulai konflik yang memicu kehancuran dan krisis kemanusiaan. Bucha serta kota dan desa lain di bagian utara wilayah Kyiv menjadi medan perang ketika pasukan Rusia mencoba mencapai ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Februari dan Maret 2022.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China akan mengirim utusan ke Ukraina dan Rusia serta negara-negara tetangganya pada Senin (15/5/2023) pekan depan. Utusan tersebut ditugaskan untuk membantu upaya penyelesaian krisis Ukraina.


"Mulai 15 Mei, Duta Besar Li Hui, perwakilan khusus Pemerintah China untuk urusan Eurasia, akan mengunjungi Ukraina, Polandia, Prancis, Jerman, dan Rusia untuk berkomunikasi dengan semua pihak mengenai penyelesaian politik krisis Ukraina," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan pers pada Jumat (12/5/2023).

Wang mengatakan, kunjungan Li menunjukkan komitmen China mempromosikan perdamaian dan pembicaraan. “Ini sepenuhnya menunjukkan bahwa China dengan tegas berdiri di sisi perdamaian,” ucapnya.

“China bersedia untuk terus memainkan peran konstruktif dalam membangun lebih banyak konsensus internasional mengenai gencatan senjata, penghentian perang, pembukaan pembicaraan damai, dan menghindari eskalasi situasi,” ujar Wang menambahkan.

Pada 26 April lalu, Presiden China Xi Jinping akhirnya melakukan percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Itu menjadi perbincangan perdana mereka sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2022. Sebulan sebelum perbincangan itu terjadi, Xi diketahui melakukan kunjungan ke Rusia dan bertemu Presiden Vladimir Putin.

“Saya melakukan panggilan telepon yang panjang dan bermakna dengan Presiden Xi Jinping. Saya percaya panggilan (telepon) ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk Cina, akan memberikan dorongan yang kuat bagi perkembangan hubungan bilateral kita,” tulis Zelensky di akun Twitter-nya pada 26 April lalu.

Zelensky tak menerangkan secara mendetail tentang hal apa saja yang dibahasnya dengan Xi Jinping. Sementara itu, juru bicara kepresidenan Ukraina Sergiy Nykyforov menyebut, Zelensky dan Xi melakukan percakapan telepon selama hampir satu jam.

China Central Television (CCTV) mengungkapkan, dalam percakapan dengan Zelensky, salah satu isu utama yang dibahas Xi adalah tentang krisis Ukraina. Xi menekankan kepada Zelensky bahwa pembicaraan dan negosiasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri peperangan. “Mengenai masalah krisis Ukraina, Cina selalu berdiri di sisi perdamaian dan posisi intinya adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai,” kata CCTV mengutip pernyataan Xi.

Xi pun meyakinkan Zelensky bahwa China tidak akan berusaha memperpanas konfrontasi, apalagi memanfaatkan krisis Ukraina untuk memperoleh keuntungan tertentu. “Ketika berhadapan dengan masalah nuklir, semua pihak yang berkepentingan harus tetap tenang dan menahan diri, benar-benar fokus pada masa depan dan nasib mereka sendiri dan seluruh umat manusia, serta bersama-sama mengelola dan mengendalikan krisis,” ucap Xi.

Sebelumnya Zelensky juga sudah menyampaikan bahwa negaranya menginginkan Beijing menjadi mitra dalam implementasi formula perdamaian guna mengakhiri konflik dengan Rusia. Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler