Oposisi Pemerintah Turki Yakin Menang di Putaran Kedua

Kandidat dari partai oposisi berada di posisi kedua di belakang Recep Tayyip Erodgan.

AP Photo
Warga memasukkan surat suara saat mengikuti Pemilu di tempat pemungutan suara di Ankara, Turki, Ahad, (14/5/2023).
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemilihan Presiden Turki tampaknya akan dilanjutkan ke putaran kedua. Sementara dua kandidat unggulan mengeklaim menang di putaran pertama.

Baca Juga


Setelah 20 tahun berkuasa, Recep Tayyip Erdogan berdiri di balkon kantor pusat partainya. Ia meyakinkan pendukungnya akan memenangkan pemilihan dan kembali berkuasa selama lima tahun ke depan. Hasil putaran pertama tidak sesuai ekspektasi kandidat dari partai oposisi Kemal Kilicdaroglu.

Berdasarkan perhitungan sementara di putaran pertama ini Kilicdaroglu berada di posisi kedua di belakang Erdogan. Selama berbulan-bulan oposisi berusaha mengumpulkan sumber daya untuk mengakhiri kekuasaan Erdogan.

Pemilihan Presiden Turki ini dipantau Barat sebab Kilicdaroglu berjanji untuk menghidupkan kembali demokrasi dan memperbaiki hubungan dengan sekutu-sekutu NATO. Sementara Erdogan menuduh Barat berencana menjatuhkannya.

"Bila bangsa kami mengatakan putaran kedua, kami jelas akan menang di putaran kedua," kata Kilicdaroglu di depan kantor pusat partainya Republican People's Party (CHP) di Ankara, seperti dikutip BBC, Senin (15/5/2023).

Pendukungnya meneriakkan slogan-slogan kampanye Kilicdaroglu yang berasal dari partai sekuler, 'Semuanya akan baik-baik saja'. Sebelumnya, ia menuduh pemerintah Erdogan 'menghalangi kehendak rakyat' dengan melancarkan berbagai tantangan ke lumbung suara oposisi.

Wali kota Istanbul dan Ankara yang berasal dari CHP mengingatkan pemilih hal itu merupakan strategi Partai Erdogan, yakni AK Party. CHP memuji tim sukarelawan yang menjaga kotak suara untuk memastikan tidak ada hal yang tidak diinginkan pada suara pemilih.

Kilicdaroglu yang berusia 74 tahun beberapa kali kalah dalam pemilu sebagai ketua CHP. Namun, pesannya mengenai kekuasaan presiden yang berlebih sampai ke pemilih. Turki diguncang krisis biaya hidup dengan inflasi hingga 44 persen.

Pemerintah Erdogan juga nilai lambat dalam merespons dua gempa bumi yang menewaskan 50 ribu lebih pada Februari lalu. Meski mengalami kesulitan di awal-awal kampanye, tampaknya Erdogan berada di atas angin menjelang masa kampanye berakhir.

Di balkon kantor pusat AK Party, Erdogan meyakinkan pendukungnya ia memenangkan putaran pertama. "Meski hasil akhir belum masuk, kami jauh lebih unggul," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler