Israel akan Memperluas Program Yahudisasi dengan Menarik Pemukim Muda dari Luar Negeri
Pemerintah pendudukan Israel mengalokasikan 26 juta dolar AS untuk program Yahudisasi
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel pada Ahad (21/5/2023) menyetujui rencana tiga tahun untuk Yahudisasi di Yerusalem dengan menarik pemukim muda dari luar negeri. Pemerintah pendudukan Israel telah mengalokasikan NIS 95 juta atau 26 juta dolar AS untuk skema tersebut.
Surat kabar Israel Hayom melaporkan, langkah itu disepakati dalam pertemuan yang diadakan di Al-Buraq Square di Kota Tua Yerusalem. Kesepakatan ini sebagai bagian dari perayaan "Hari Yerusalem", yang menandai pendudukan bagian timur Palestina pada 1967. Menurut harian Israel itu, rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikembangkan bekerja sama dengan Kota Yerusalem dan dukungan dari Badan Yahudi.
Rencana tersebut berupaya mendorong pemuda Yahudi berusia antara 18 dan 35 tahun untuk bermigrasi dan menetap di Yerusalem dalam upaya untuk mengalahkan jumlah penduduk asli Palestina. Oleh karena itu, anggaran akan masuk ke Kementerian Imigrasi, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Olahraga untuk memberikan insentif bagi orang Yahudi untuk menetap secara ilegal di kota yang diduduki.
Pihak berwenang akan membangun pusat-pusat pemukim baru Yahudi di kota yang diduduki. Selain itu, akan ada program khusus untuk memberikan pekerjaan kepada mereka. Kementerian Imigrasi dan Pemerintah Kota Yerusalem akan membantu para imigran yang menetap di wilayah pendudukan Yerusalem untuk mendaftar kursus pelatihan kejuruan dan mendapatkan izin kerja yang sesuai.
"Kita berbicara tentang rencana luar biasa yang akan membawa kaum muda, akademisi, dan keluarga ke kota. Rencana ini akan berkontribusi untuk memberdayakan kota dalam berbagai aspek, (termasuk) ekonomi, zionis, dan demografis," ujar laporan surat kabar Israel Hayom mengutip Menteri Imigrasi Pnina Tamano-Shata.
Data terbaru dari Biro Pusat Statistik Israel menunjukkan, lebih dari 18.000 orang Yahudi telah menetap di Yerusalem sejak 2018. Lebih dari setengahnya berusia antara 18 dan 35 tahun. Data tersebut juga menunjukkan, sekitar 30 persen pemukim telah meninggalkan Yerusalem dalam lima tahun terakhir.
"Kami adalah kota yang paling banyak menyerap imigran (Yahudi) di Israel. Olim muda (imigran) terintegrasi ke dalam kota dan berkontribusi di semua bidang. Kami bermaksud untuk berinvestasi dalam mendorong aliyah (migrasi ke Israel) dan penyerapan di tahun-tahun mendatang," ujar Wali Kota Yerusalem, Moshe Leon.