Payudara Kanan dan Kiri Beda Ukuran, Berbahayakah? Dokter Ungkap Kemungkinan Penyebabnya

Beberapa hal menjadi penyebab ukuran payudara wanita berbeda antara kanan dan kiri.

www.freepik.com.
Seorang memiliki payudara besar sebelah (ilustrasi). Ada beberapa hal yang menyebabkan payudara seorang wanita berukuran berbeda.
Rep: Meiliza Laveda Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap wanita memiliki payudara dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bahkan pada satu orang, ukuran payudara yang satu berbeda dari sisi lainnya. Jika Anda mengalami hal ini perlukah khawatir?

Baca Juga


Perbedaan bentuk dan ukuran sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. “Sebagian besar wanita memiliki tingkat asimetri dalam ukuran dan/atau bentuk di antara payudara, dan itu normal,” kata ahli radiologi dan direktur medis pencitraan payudara di MemorialCare Breast Center, Richard Reitherman, dikutip dari laman Health Central, pada awal 2023.

Ada beberapa kategori wanita yang berisiko memiliki payudara asimetri. Dalam banyak kasus, itu terjadi secara alami.

Ahli onkologi payudara bedah di Saint John’s Cancer Institute, Crystal Fancher, mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan payudara asimetri. Penyebab umumnya meliputi:

1. Menyusui sering kali menyebabkan payudara tidak rata, utamanya jika payudara terisi susu dengan volume berbeda.

2. Perubahan hormon selama ovulasi yang dapat membuat payudara tampak lebih berisi dan terasa lebih sensitif akibat retensi air dan aliran darah.

3. Operasi payudara sebelumnya, misalnya dalam pengobatan kanker payudara.

4. Trauma pada payudara, seperti luka bakar atau infeksi

Meski begitu, ada juga beberapa hal yang menyebabkan payudara berbeda antara kanan dan kiri. Penyebab yang dimaksud merupakan faktor yang lebih serius. Simak daftarnya berikut ini:

1. Juvenile Hypertrophy of the Breast (JHB)

Ini adalah kondisi jinak (non kanker) saat jaringan payudara tumbuh dengan cepat selama masa pubertas yang menghasilkan payudara yang sangat besar dan terkadang asimetris. Kondisi tersebut mungkin bersifat genetik yang disebabkan oleh kepekaan berlebihan terhadap produksi estrogen atau kelebihan berat badan. Konsekuensi fisik umum dari JHB termasuk nyeri di punggung atas, leher, bahu, postur tubuh yang buruk, dan ruam pada lipatan kulit di bawah payudara.

2. Sindrom Poland

Dalam kondisi langka ini, seorang anak lahir dengan otot dada yang hilang atau kurang berkembang. Biasanya hanya satu sisi tubuh yang terkena, yang menyebabkan penampilan asimetri saat payudara berkembang.

Hingga saat ini, penyebabnya masih belum diketahui dan sebagian besar kasus terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat gangguan keluarga. Para ahli menyarankan itu mungkin akibat dari aliran darah yang terganggu selama perkembangan sebelum kelahiran.

3. Hiperplasia duktus atipikal

Hiperplasia duktal atipikal (ADH) adalah suatu kondisi yang memengaruhi sel-sel di saluran asi dan ditandai dengan pertumbuhan sel yang berlebihan yang melapisi saluran tersebut. Beberapa sel memiliki bentuk dan ukuran yang tidak beraturan dan ini dapat menyebabkan benjolan jinak di payudara yang dapat menimbulkan tampilan asimetris.

Meskipun ADH bukan kanker, tapi itu dapat meningkatkan risiko kanker pada masa depan. Dalam kebanyakan kasus, ADH ditemukan selama biopsi payudara untuk menyelidiki kelainan yang ditemukan pada mammogram atau ultrasound.

Meskipun biasanya normal memiliki sedikit asimetri payudara, ada kalanya hal itu dapat menandakan sesuatu yang serius terutama jika asimetri tersebut berubah seiring waktu. “Memperburuk atau mengubah asimetri payudara mungkin merupakan tanda kanker payudara,” kata dr Fancher.

Menurut sebuah tinjauan penelitian, jika mammogram skrining mengidentifikasi pengembangan asimetri, yaitu perubahan simetri dari waktu ke waktu, ada peningkatan risiko kanker payudara di masa mendatang. Penelitian lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara memiliki lebih banyak asimetri payudara bersama dengan faktor risiko lain seperti genetika dan usia dibandingkan wanita yang tidak memiliki kanker payudara. Namun, hal ini masih diperlukan lebih banyak penelitian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler