Pengajian Bahar Bin Smith Bantah Pihak yang Persoalkan Habib Keturunan Nabi

Keberadaan habib di Indonesia dinilai sebagai sesuatu yang final.

ANTARA/Raisan Al Farisi
Habib Bahar bin Smith
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Status keturunan Nabi dari Habib Bahar bin Smith dipertanyakan sejumlah pihak. Gugatan itu muncul di tengah drama penembakan Bahar bin Smith. 

Baca Juga


Di antara yang mempersoalkan status habib itu adalah pimpinan Pondok Pesantren Roudlatul Fatihah Plered, Bantul, KH Muhammad Fuad Riyadi atau dikenal dengan panggilan Gus Fuad Plered. Ia juga menilai penembakan itu hanya sebuah drama.

"Jadi, intinya Bahar Smith itu bohong aja anunya itu. Untuk mengalihkan isu tentang nasab. Sudah, kita fokus saja persoalan ilmiah, buktikan nasab Ba'alawi itu sampai tersambung ke Rasulullah, benar apa enggak? Buktikan! Karena ini sudah terbukti berbahaya dan merusak agama, bangsa, dan negara, gitu loh. Intinya tuh di situ. Nanti ada isu apa lagi, nanti ada isu apa lagi," katanya beberapa waktu lalu.  

KH Imaduddin Utsman al-Bantani, ketua Komisi Fatwa MUI Banten, dan Pengurus LBM PBNU) sebelumnya juga telah menerangkan seputar bantahannya terhadap nasab Bahar Smith keturunan Nabi dalam artikel di laman Nahdlatul Umum dengan judul "Menjawab Bantahan Nasab Bahar Smith".

Dalam tulisan itu disimpulkan, keluarga Habib Ba Alawi yang menjadi akar nasab Bahar bin Smith (Sumaith) tertolak secara ilmiah sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW karena keluarga ini bernisbah kepada Ahmad bin Isa setelah 651 tahun dari wafatnya Sayyid Ahmad bin Isa tanpa sanad. Kitab-kitab yang ditulis terdekat dengan masa Sayyid Ahmad bin Isa tidak mengonfirmasi adanya Alawi dan Ubaidillah sebagai cucu dan anak dari Ahmad bin Isa.

Alawi dan Ubaidillah ditulis sebagai anak dan cucu Ahmad bin Isa dalam kitab-kitab nasab jauh setelah lebih dari 650 tahun. Tentunya aneh jika orang yang tidak ada dikenal sebagai keturunan Ahmad bin Isa lalu kemudian setelah 651 tahun disebut sebagai keturunannya tanpa sanad yang tersambung (muttasil).

Kedudukan riwayat nasab semacam Ba Alawi ini dalam ilmu hadits, menurut Imaduddin, masuk dalam kategori maudlu (palsu). Mashurnya penyebutan Ba Alawi masa kini (tahun 1444 H) sebagai keturunan Nabi tidak bisa dijadikan pegangan kesahihan nasab mereka. 

Sebagai gambaran, nasab Alawi yang selama ini disebut masuk keturunan Nabi Muhammad SAW yakni Alawi (w 400 H) bin Ubaidillah (w 383 H) bin Ahmad (w 345 H) bin Isa an-Naqib (w 300 H) bin Muhammad An-Naqib (w 250 H) bin Ali al-Uraidi (w 210 H) bin Ja’far al-Shadiq (w 148 H) bin Muhammad al Baqir (w 114 H) bin Ali Zaenal Abidin (w 97 H) bin Sayidina Husain (w 64 H) bin Siti Fatimah az-Zahra (w 11 H) binti Nabi Muhammad SAW (w. 11 H).

Pembelaan habib

Namun, dalam pengajian Habib Bahar bin Smith yang ditayangkan langsung di akun Youtube Sayyid Bahar Bin Sumaith Official, Senin (22/5/2023), pembelaan terhadap habib disampaikan. 

"Kami para habaib tidak gila pada sanjungan, kami para habaib tidak gila dengan cium tangan. Kenapa? Karena kami sudah dimuliakan sama Allah. Justru kalau kita memuliakan habaib maka kita akan dimulaikan oleh Allah SWT," ujar seorang pembicara sebelum Bahar bin Smith memberikan materi.  

 

"Makanya kalau kita memuliakan habaib kita akan jadi mulia. Sekali lagi bela para ulama bela para habaib, maka kita akan menjadi manusia yang akan dimuliakan oleh Allah SWT," katanya menambahkan.

Ia pun mengungkapkan fenomena di Youtube maupun media sosial terkait oknum yang mempertanyakan habaib di Indonesia. Mereka menyatakan bahwa nasab habaib tidak tersambung kepada Nabi Muhammad SAW.  "Sekali lagi saya katakan ini sesuai yang gamblang. Ini sesuatu yang jelas yang semestinya tidak perlu dikomentari," kata pembicara tersebut.  

Ia lalu mengutip pandangan Imam Ghazali yang mengibaratkan cahaya matahari yang begitu terangnya. Ada yang bilang cahaya matahari itu kok redup. "Ini bukan cahaya matahari yang redup tapi mata ente yang bermasalah," tuturnya.  

Jadi, menurut dia, kalau sekarang ada yang mempersoalkan habaib itu ketinggalan zaman dan kedaluarsa. Mereka yang  mempersoalkan habib dengan bahasa ilmiah padahal justru tidak ilmiah.  "Demi Allah saya katakan tidak ada ilmiah. Yang ada di dada mereka adalah hasut hanya dikemas dengan chasing ilmiah," tuturnya.

Penulis yang menolak ketersambungan habib ini menganggap Ahmad bin Isa tidak mempunyai anak yang namanya ubaidilah. "Itu sebenarnya hanya bahasa ilmiah. Tapi hakikatnya itu hasut. Jadi ditoreh hasut," kata pembicara tersebut.  

Menurutnya, habaib sudah sejak dulu difitnah diteror dan sampai sekarang. "Jadi gak kaget, jadi kalau muncul cecunguk cecunguk seperti itu gak kaget, sudah kedaluarsa."

Orang-orang yang mempertanyakan status habib dinilai hanya untuk mencari popularitas. Orang-orang itu disebutnya separuh gila.  "Karena keberadaan habaib itu final. Tidak pernah putus hingga Yaumil Qiyamah."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler