Oposisi Turki Sebut Erdogan Sebagai 'Perakit' Video Rekayasa

Potongan video antara Kemal Kilicdaroglu dan militan Kurdi beredar luas di Turki.

AP
Kandidat Capres Turki dari kubu oposisi Kemal Kilicdaroglu (ilustrasi). Oposisi Turki menyebut Presiden Tayyip Erdogan sebagai 'perakit', setelah dia mengutip potongan-potongan video yang direkayasa untuk menuduh hubungan oposisi dengan kelompok militan Kurdi menjelang pemilihan putaran kedua. Erdogan mengulangi tuduhan itu dan mengacu pada potongan video yang dirangkai antara Kemal Kilicdaroglu dan seorang militan Kurdi.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Oposisi Turki menyebut Presiden Tayyip Erdogan sebagai 'perakit', setelah dia mengutip potongan-potongan video yang direkayasa untuk menuduh hubungan oposisi dengan kelompok militan Kurdi menjelang pemilihan putaran kedua. Erdogan mengulangi tuduhan itu dan mengacu pada potongan video yang dirangkai antara Kemal Kilicdaroglu dan seorang militan Kurdi.

Baca Juga


"Saya lelah difitnah, tetapi dia tidak lelah memfitnah saya," ujar Kilicdaroglu menanggapi tuduhan Erdogan.

Penentang Erdogan melihat tuduhan itu sebagai gejala lanskap media setelah satu dekade transformasi, pemenjaraan jurnalis, dan penutupan outlet media yang kritis terhadap pemerintah. Hal ini telah menghadirkan refleksi realitas yang berbeda menjelang pemilihan putaran kedua pada 28 Mei. Reporters Without Borders menempatkan Turki di peringkat 165 dari 180 negara untuk kebebasan pers.

Tuduhan Erdogan telah menambah ketegangan politik menjelang pemilu putaran kedua. Pemilihan ini dipandang sebagai ujian terberat bagi presiden, yang berusaha memperpanjang kekuasaannya hingga tiga dekade.

Dengan berusaha memanfaatkan sentimen nasionalis, Erdogan telah berulang kali menuduh bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan oposisi telah menjalin hubungan. Video itu diputar oleh Erdogan dalam pertemuan umum pada 7 Mei. Video itu terdiri dari potongan rekaman yang diambil dari video kampanye Kilicdaroglu dan gambar PKK dari video yang dirilis 10 bulan lalu ketika para militan menghibur komandan tertinggi mereka, Murat Karayilan.

Mengacu pada video itu, dalam wawancara pada Senin (22/5/2023), Erdogan kembali menuduh Kilicdaroglu bekerja sama dengan PKK, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki dan Barat. PKK telah melancarkan pemberontakan sejak 1984 yang menewaskan lebih dari 40.000 orang.  

"Kilicdaroglu merekam video dengan teroris di Qandil," kata Erdogan, merujuk pada pangkalan PKK di pegunungan Qandil Irak.  

"Direkayasa atau tidak, mereka merekam video dengan orang-orang di Qandil, dan anggota PKK menunjukkan dukungan mereka kepada Kilicdaroglu dengan video," kata Erdogan.

Sementara itu, Kilicdaroglu menyatakan Erdogan sebagai pembuat video palsu.  Puluhan pengguna media sosial yang berpengaruh juga mengungkapkan kemarahan mereka. Tagar "montaj" (montase) #4 menjadi trending di Twitter Turki pada Selasa (23/5/2023).

Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, menuduh Kilicdaroglu  menghina presiden. "Orang-orang akan memberi pelajaran kepada mereka yang menghina Erdogan," katanya.

Ketua Komite Nasional Institut Pers Internasional (IPI), Emre Kizilkaya, mengatakan, Turki telah mengalami tingkat disinformasi terorganisir yang tak tertandingi selama kampanye pemilu.

Kebenaran dan informasi faktual telah mendapat serangan terkoordinasi dari berbagai sumber.

"Pemerintah memainkan peran sentral dalam fenomena yang meresahkan ini, sebagaimana dibuktikan oleh taktik Erdogan untuk menodai oposisi melalui berbagai saluran,” kata Kizilkaya.

Kilicdaroglu mendapat dukungan dari aliansi enam partai, selain dukungan dari Partai HDP pro-Kurdi. Erdogan sering menuduh HDP memiliki hubungan dengan PKK.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler