Indonesia Masih Jadi Negara Nomor Ke-84 Pemasok Obat Herbal ke Arab Saudi

Perusahaan GBC tertarik obat produk jamu herbal Indonesia saat bertemu Atdag Riyadh

ANTARA/Maulana Surya
Pengunjung memilih bahan baku jamu di Pasar Jamu Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Perusahaan Arab Saudi yaitu Gulf Bird Trading Corporation (GBC) menyampaikan ketertarikannya untuk mengimpor produk jamu herbal Indonesia. Hal tersebut mengemuka pada pertemuan bisnis antara Atase Perdagangan (Atdag) Riyadh Gunawan dengan Managing Director Gulf Bird Trading Corporation (GBC) Saud Fahad Al Saud pada Sabtu (14/5) di Riyadh, Arab Saudi.
Rep: Intan Pratiwi Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Arab Saudi, yaitu Gulf Bird Trading Corporation (GBC), menyampaikan ketertarikannya untuk mengimpor produk jamu herbal Indonesia. Hal tersebut mengemuka pada pertemuan bisnis antara Atase Perdagangan (Atdag) Riyadh Gunawan dengan Managing Director Gulf Bird Trading Corporation (GBC) Saud Fahad Al Saud pada Sabtu (14/5) di Riyadh, Arab Saudi. 


Pertemuan bisnis tersebut merupakan upaya yang dilakukan Atdag Riyadh dalam mencari peluang untuk memperluas pasar produk herbal Indonesia di Arah Saudi.

“Dari hasil pertemuan bisnis, GBC berminat menjadi importir jamu herbal dari Indonesia. Saat ini, GBC menyuplai lebih dari 90 persen apotek di wilayah Arab Saudi yang mencapai lebih dari 2.000 cabang. Dengan banyaknya apotek yang disuplai GBC, diharapkan produk jamu herbal Indonesia akan semakin digemari dan dikenal masyarakat Arab Saudi,” kata Gunawan lewat keterangan tertulisnya, Rabu (24/5/2023).

Menurut Gunawan, produk jamu herbal Indonesia makin diminati di pasar Arab Saudi karena masyarakatnya menggemari pengobatan dengan metode herbal tanpa mengesampingkan pengobatan dengan obat kimia. Arab Saudi juga merupakan asal mula sistem pengobatan herbal ala Nabi. Arab Saudi mengimpor produk sejenis dari seluruh dunia pada 2022 sebesar USD 3,45 miliar; pada 2021 sebesar 3,35 miliar dolar AS dan pada 2020 sebesar 3,36 miliar dolar AS.

“Nilai ini tumbuh tiga persen dalam tiga tahun terakhir. Artinya, pasar di Arab Saudi sangat besar dan Indonesia berpotensi untuk terus meningkatkan ekspor produk farmasi dan tidak terbatas pada produk herbal saja,” KATA Gunawan.

Negara pemasok obat-obatan ke Arab Saudi adalah Jerman, Amerika Serikat, Prancis, Irlandia, Denmark, Swiss, Swedia, Inggris, Italia, dan Belgia. Indonesia merupakan negara pemasok obat herbal nomor 84 ke Arab Saudi di bawah Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam. 

Berdasarkan data statistik perdagangan, pada 2022, Indonesia mengekspor produk obat yang telah dicampur atau tidak dicampur untuk keperluan terapeutik atau profilaktik (medicaments consisting of mixed or unmixed products for therapeutic or prophylactic uses), yaitu sebesar 1,095 juta dolar AS pada 2021 sebesar 796 ribu dolar AS dan pada 2020 sebesar 786 ribu dolar AS.

Dubes RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad menambahkan, GBC sangat aktif melakukan pendaftaran produk ke Saudi Food and Drug Authority (SFDA). Hal ini dikarenakan Arab Saudi mewajibkan produk makanan dan obat-obatan impor teregistrasi di SFDA. Ketentuan tersebut termasuk mencantumkan tentang merek, jenis produk, komposisi, akta nutrisi, tanggal produksi, tanggal kedaluarsa, dan berbahasa Arab.

“Untuk itu, GBC memastikan produk-produk impor yang diedarkan di Arab Saudi sudah teregistrasi dan memenuhi ketentuan yang berlaku,” ujar Abdul Aziz.

Menurut Saud Fahad Al Saud, GBC sebagai perusahaan terkemuka menjamin keamanan untuk berbisnis dengan calon mitra dari luar Arab Saudi. Pabrik dan produk GBC telah terdaftar di instansi pemerintah. Selain itu, GBC juga telah terdaftar sebagai pusat distribusi obat," ujar Aziz.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler