Erick Thohir dan Filosofi Husnul Khatimah
Buruk diawal bukan berarti mendefinisikan hasil akhir
Oleh : Sammy Abdullah, Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Gim keenam playoff NBA antara Miami Heat versus Boston Celtics barangkali menjadi laga NBA paling gila yang pernah saya tonton. Ada dua momen gila pada tiga detik akhir laga. Pertama, foul yang dilakukan pemain Celtics Al Horford kepada bintang Heat Jimmy Butler yang di-challenge pelatih Celtics Joe Mazzulla.
Sayangnya keputusan pelatih rookie itu bukanlah memberikan hasil terbaik, malah sebaliknya. Wasit memang membatalkan keputusan dua free throw. Namun, pembatalan itu karena wasit merevisi keputusannya bahwa Heat bukan berhak atas dua, melainkan tiga free throw! Dan tiga free throw yang diambil Jimmy Butler pun masuk. Skor jadi berbalik 103-102 bagi Heat di laga yang tinggal menyisakan tiga detik.
Keputusan Mazzulla challenge foul Butler menjadi salah satu rookie mistake terbesar dalam era modern NBA. Keputusan itu membawa Celtics menuju ambang kekalahan pada final wilayah. Sebab, jika Heat mampu mempertahankan skor pada tiga detik kedepan maka maka mereka akan memenangkan seri final wilayah Timur dengan skor akhir 4-2.
Namun, Celtics tak menyerah. Time out yang diambil Mazzulla merancang skenario untuk membuka ruang tembak di posisi mana pun oleh siapa pun pemainnya pada tiga detik akhir. Bola diawali Derrick White yang mengoper ke Marcus Smart yang langsung berbalik badan untuk melakukan jump shoot.
Saat bola ditembak Smart, dua pemain Celtics, White dan Jason Tatum, bergerak ke arah ring. Sebaliknya, mayoritas pemain Heat terpaku menyaksikan bola yang bergerak keluar ring. Mereka lupa menjaga White yang bergerak tepat di bawah ring untuk melakukan tap-in. Bola tembakan smart yang gagal masuk disambut tap-in White di waktu paling akhir pertandingan alias 0,1 detik! Celtics yang nyaris kalah berbalik menang di kesempatan paling akhir. Seusai laga, pemain Celtics Jaylen Brown pun berujar, "Is not over until over!" (belum habis sampai benar-benar habis!).
Celtic yang mengawali seri final wilayah dengan tertinggal 0-3 kini menyamakan kedudukan 3-3 dalam final yang menggunakan format the best of seven. Laga gila gim keenam Celtics versus Heat membuktikan hasil akhir tidak bisa didefinisikan hingga benar-benar berakhir. Persis dengan apa yang disampaikan Brown, is not over until is over. Mazzulla bisa saja melakukan kesalahan rookie terburuk, tapi selama waktu masih ada, kesalahan itu masih bisa berbalik menjadi hasil terbaik. Pemenang sejati tidak akan goyah saat membuat kesalahan. Pemenang adalah seorang yang bukan menghindari kesalahan tapi tahu bagaimana cara memperbaikinya.
Orang berjiwa pemenang memegang prinsip tidak akan menyerah sampai meraih hasil terbaik. Is not over until i win!
Prinsip pemenang ini pula yang ada dalam diri Erick Thohir, seperti yang tertuang dalam buku biografi berjudul (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir. Seorang mahasiswa UGM sempat menanyakan soal filosofi eks presiden Inter Milan itu. Filosofi yang dipertanyakan mahasiswa itu adalah prinsip Erick yakni is not how you start but how you finish (bukan bagaimana memulai tapi bagaimana mengakhiri). Mahasiswa itu bertanya apakah prinsip tersebut sama dengan lebih mementingkan hasil akhir ketimbang proses?
Karena waktu terbatas maka saya menjawabnya dengan singkat. Prinsip is not how you start but how you finish bukan sama dengan filosofi Niccolo Machiavelli yakni the ends justify the means (hasil akhir mendefinisikan segalanya). Penganut pemikiran Machiavelli memang lebih mementingkan hasil akhir ketimbang proses. Bagi para machiavellis, sah melakukan apa saja demi tercapainya tujuan akhir.
Tapi, is not how you start but how you finish justru mengaitkan hasil akhir adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses. Sebab, hanya lewat proses yang baik seseorang bisa bangkit sekalipun mengawali sesuatu dengan buruk. Sebagai contoh, Celtics yang mengawali start buruk pada final wilayah Timur playoff dengan situasi tertinggal 0-3 dari Miami Heat. Atau bagaimana pelari Usain Bolt mengawali final lari 100 meter Olimpiade 2012 dengan sangat buruk. Bahkan, di 30 meter pertama Bolt berada di posisi paling belakang.
Namun, posisi buruk di awal tak membuat Bolt atau Celtics menyerah. Sebaliknya, fokus perbaikan teknis pun dipertajam. Hingga akhirnya Celtics dan Bolt mampu bangkit dari start yang buruk. Celtics berhasil menyamakan kedudukan 3-3 dan berpotensi mencetak sejarah sebagai tim pertama NBA yang mampu menang setelah tertinggal 0-3 pada playoff.
Sedangkan, Bolt yang mengawali start dari posisi bontot mampu melesat hingga finis di posisi pertama plus memecahkan rekor dunia. Bolt dan Celtics membuktikan start yang buruk bukan segalanya. Namun, bangkit dan mengakhiri laga dengan baik adalah hal yang utama.
Dalam buku (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir pun dijelaskan arti dari filosofi start yang buruk bukan berarti mendefinisikan hasil akhir di kala finis. Filosofi yang terlepas perjalanan hidup Erick yang kerap mendapatkan tantangan, resistensi, bahkan bully di beberapa lingkungan baru yang dia masuki. Mulai dari saat masuk SMA Negeri, kuliah ke Amerika, ekspansi ke bisnis media, hingga masuk ke dunia politik dan menjadi menteri. Di awal memasuki lingkungan baru itu semua memang serbasulit.
Namun, Erick sadar situasi yang sulit, bahkan buruk di awal, bukan berarti mendefinisikan hasil akhir. Berulang kali Erick mendapat pelajaran bahwa situasi buruk saat mengawali sesuatu bisa berubah menjadi hasil akhir yang baik jika dilandasi semangat memberikan usaha yang terbaik. Dengan posisi start yang buruk layaknya Usain Bolt pada 2012, pilihan untuk sukses jadi sederhana yakni melakukan yang terbaik atau tidak mendapatkan apa pun (do the best or you got nothing).
Begitulah kira-kira filosofi yang bisa ditarik dalam buku (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir. Filosofi bahwa permulaan bukan mendefinisikan hasil di saat akhir (is not how you start but how you finish). Namun, definisi hasil akhir terletak pada proses untuk selalu memberi yang terbaik atau tidak sama sekali (do the best or nothing).
Ini seperti kenyataan dalam hidup yang terkadang kita tak bisa memilih posisi start. Kita bisa terlahir dari keluarga kaya, sederhana, bahkan miskin. Namun, saat finis, kita bisa memilih mau mengakhiri menjadi orang sukses atau gagal.
Filosofi is not how you start but how you finish sejatinya sama dengan filosofi husnul khatimah dalam Islam. Husnul khatimah yang berarti akhir yang baik.
Sesuai hadist HR Bukhari, "Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.”