Kilicdaroglu Gagal Kalahkan Erdogan karena Strategi yang Buruk

Kemal Kilicdaroglu gagal memanfaatkan momen untuk mengalahkan Erdogan

EPA-EFE/SEDAT SUNA
Turkish presidential candidate Kemal Kilicdaroglu, leader of the opposition Republican People
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kemal Kilicdaroglu gagal memanfaatkan momen untuk mengalahkan pejawat Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilu Turki di putaran kedua pada akhir pekan. Tugas pemimpin koalisi enam partai oposisi ini pun belum berakhir karena berhadapan dengan pemungutan suara lokal pada Maret 2024.

Menurut beberapa anggota partai, analis dan pemilih, Kilicdaroglu perlu segera kembali fokus untuk mempertahankan kendali atas kota-kota besar Turki dalam pemilihan kota. Namun setelah kekalahannya dari Erdogan banyak anggota dan pendukung oposisi merasa frustasi, mencari kekuatan, dan mempertimbangkan perubahan kepemimpinan.

"Itu bukan hasil yang mengejutkan karena oposisi tidak berubah selama 20 tahun menghadapi pemerintahan yang sama. Saya merasa sedih dan kecewa, tetapi saya tidak putus asa," kata Bugra Oztug yang memilih Kilicdaroglu di Istanbul.

Republican People's Party (CHP) yang dipimpin oleh Kilicdaroglu mengadakan diskusi internal untuk membahasnya di Ankara pada pekan ini. Aliansi oposisi enam partai yang lebih luas bersidang setelah hasil pemilu diumumkan pada Ahad (28/5/2023). Mantan pegawai negeri itu mendapat dukungan 47,8 persen dalam pemilihan putaran kedua.

Mantan wakil ketua kelompok parlemen CHP Akif Hamzacebi mengatakan, partainya dan Kilicdaroglu sangat tidak berhasil karena strategi yang buruk. Dia menyatakan,diperlukan evaluasi ulang yang komprehensif.

"Jika tindakan yang diperlukan tidak diambil, masa depan akan lebih buruk dari hari ini," kata Hamzacebi di Twitter.

Analis di GlobalSource Partners Atilla Yesilada, tidak mengetahui keputusan CHP dan Partai IYI yang merupakan oposisi kedua terbesar dapat mentoleransi kepemimpinan Kilicdaroglu. Sedangkan profesor hubungan internasional di Okan University Zeynep Alemdar mengatakan, Kilicdaroglu berusaha untuk menjadi pemimpin kolaboratif tetapi sekutunya hanya memberikan sedikit kontribusi untuk kesuksesannya.

"Tampaknya tidak ada dari mereka yang meningkatkan jumlah suara mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk Kilicdaroglu," kata Alemdar.

Analis mengatakan Kilicdaroglu sekarang akan berusaha untuk menjaga persatuan yang berat ini, termasuk dukungan People's Democratic Party (HDP). Mereka perlu mempertahankan kota-kota pada Maret tahun depan.

Dalam pemilihan kota terakhir pada 2019, kandidat CHP yang didukung oleh aliansi tersebut mengejutkan Partai AK (AKP) Erdogan. Mereka berhasil memenangkan pemilihan walikota di Istanbul, Ankara, Antalya, dan Adana.

Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu dari CHP mengatakan pada Senin (29/5/2023), bahwa perjuangan dimulai lagi. "Kami tidak akan lagi mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal yang sama. Mulai sekarang, kami akan terus berjuang untuk memenangkan semua hati," kata Imamoglu dalam video tersebut.

Perdebatan internal di dalam partai pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk kemungkinan besar akan terjadi menjelang kongres partai yang dijadwalkan pada musim panas ini. Profesor ilmu politik di Universitas Bilgi University Emre Erdogan mengatakan, kekalahan oposisi dalam pemilihan membuat lebih sulit untuk membentuk aliansi besar.

Tapi, Emre mengingatkan, aliansi tetap diperlukan untuk sukses dalam pemilihan lokal pada Maret 2024. "Jika oposisi tidak bisa bersatu lagi, kemenangan 2019 bisa dibalik dan kubu oposisi bisa kehilangan Istanbul bahkan Ankara," katanya.

Baca Juga


 

Kekalahan beruntun

Putaran kedua pilpres di Turki tuntas dengan kemenangan berada di tangan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Penantang Erdogan dari kubu oposisi, Kemal Kilicdaroglu harus puas dengan dukungan sekitar 47,9 persen suara. 

Meski demikian, Kilicdaroglu tak secara eksplisit mengakui kekalahannya dalam pilpres. Ia menegaskan, ini pemilu paling tidak adil yang pernah digelar. Sebab segala sumber daya negara dikerahkan untuk menopang mesin politik Erdogan. 

Pendukung Erdogan Turun ke Jalan Rayakan Kemenangan di Pemilu Turki Cina Harap Erdogan Torehkan Pencapaian Baru dalam Membangun Turki Sempat Ditolak Turki Gabung NATO, Ini Respon Swedia atas Kemenangan Erdogan

‘’Semua perangkat negara dimobilisasi untuk satu partai dan diletakkan di bawah kaki satu orang, Erdogan,’’ kata Kilicdaroglu yang juga menjabat ketua umum Republican People’s Party (CHP), Ahad (28/5/2023). Ia menyatakan akan terus berjuang untuk demokrasi. 

Meski kalah, ia belum memutuskan mengundurkan diri dari pemimpin CHP. Namun, kemungkinan desakan dia untuk mundur akan kian kencang setelah kekalahan pilpres Ahad. Sebab, ini bukan kekalahan pertama yang ditanggungnya sejak ia memimpin partai pada 2010. 

Di bawah kepemimpinannya, CHP kalah dalam pemilu parlemen tahun 2011, 2015, 2018 dan 2023. Saat pemilu presiden 2014 dan 2018, CHP mendukung kandidat yang juga kalah. Pencapresan Kilicdaroglu pada tahun ini juga sempat dipertanyakan. 

Hingga akhirnya, sekutu kunci, Meral Aksenser, menarik dukungannya. Menurut Aljazirah, Senin (29/5/2023), sekarang para politisi oposisi tampaknya mencari sosok selain Kilicdaroglu yang lebih potensial mampu mengalahkan pejawat di masa mendatang. 

Mereka adalah Ekrem Imamoglu dan Mansur Yavas, masing-masing merupakan wali kota Istanbul dan Ankara. Mereka digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan. Pada pilpres kemarin, di dua kota ini Erdogan harus mengakui kekuatan dukungan pada Kilicdaroglu. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler