Okupansi Hotel di Jatim Diprediksi Naik 5-10 Persen Saat Libur Sekolah
Saat ini okupansi hotel di Jatim berkisar di angka 40 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur (Jatim) memprediksi okupansi hotel di Jatim bakal mengalami peningkatan 5-10 persen saat memasuki masa libur sekolah. Ketua PHRI Jatim Dwi Cahyono mengatakan, saat ini rata-rata okupansi atau keterisian hotel di Jatim masih berkisar di angka 40 persen.
"Bulan-bulan ini normal karena masih belum liburan. Kalau high season liburan memang bisa sampai 50 persen," kata Dwi, Selasa (30/5/2023).
Dwi menyebut prediksi okupansi 50 persen saat masa libur sekolah bisa mengalami lonjakan signifikan lantaran dipengaruhi aktivitas pertemuan atau rapat, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE. Namun, kata dia, saat ini okupansi hotel mayoritas masih didominasi aktivitas MICE yang banyak dilakukan di wilayah tertentu di Jatim, seperti Surabaya dan Malang.
Kemudian untuk perjalanan wisata, hal itu masih belum ada peningkatan signifikan, termasuk di daerah yang memiliki tempat pariwisata. "Jadi ini masih murni MICE. Tetapi nanti kalau MICE digabung dengan liburan akan tinggi, bisa 55 persen masuk," ujarnya pula.
Dwi menyebut aktivitas MICE yang kebanyakan mengambil lokasi hotel berbintang tiga hingga empat. "Mengangkatnya justru hotel bintang tiga, empat. Kalau dirata-rata 40 persenan. Kalau leisure, liburan itu di daerah destinasi Banyuwangi, Batu," ujarnya lagi.
Oleh karena itu, guna memaksimalkan capaian okupansi, PHRI sudah menyusun sejumlah langkah menyambut masa libur sekolah, salah satunya dengan promosi ke daerah di luar Jatim yang menjadi kantong event Indonesia. "Kalau intern, kami lakukan di tingkat kota masing-masing. Sedangkan eksternal kami membuat promosi ke lain kota, seperti di Jakarta, Bandung. Kantong-kantong event," kata dia pula.
Selain itu, Dwi mengaku terus berkolaborasi bersama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatimdan pemerintah masing-masing daerah untuk menyambut masa libur sekolah. "Kami selalu bersinergi. Kalau tidak begitu, justru bahaya, nanti hotelnya tidak siap, terus fasilitasnya juga tidak siap," kata Dwi.