Masyarakat Diimbau tak Viralkan Bule 'Berulah', Dispar Bali: Berdampak Buruk Bagi Bali

Tak unggah sembarangan ulah bule di medsos dinilai bisa membantu jaga nama baik Bali.

Dok. Twitter
Tangkapan layar seorang bule telanjang saat berlangsungnya pertunjukan tari Bali di Puri Saraswati Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Dinas Pariwisata Bali masyarakat tak mengunggah sembarang kenakalan wisatawan mancanegara di media sosial.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID. DENPASAR -- Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali Tjok Bagus Pemayun meminta masyarakat untuk menyikapi ulah wisatawan mancanegara yang melanggar dan tidak sopan dengan cara-cara yang elegan dan bijaksana. Menurut dia, langkah tersebut dilakukan dengan cara-cara yang bijak.

Baca Juga


"Sebisa mungkin kita menghindari untuk mengunggah ke media sosial karena itu akan berdampak buruk bagi Bali itu sendiri," kata dia di Denpasar, Selasa (30/5/2023).

Tjok Bagus meminta masyarakat yang menemukan wisatawan berulah agar segera melaporkan ke pihak berwajib, di mana saat ini Pemprov Bali telah membentuk Satgas Percepatan Tata Kelola Pariwisata. Adapun anggotanya terdiri dari Dispar Bali, kepolisian, satpol PP, imigrasi, kejaksaan dan asosiasi pariwisata, sehingga masyarakat dapat melaporkan kepada salah satunya.

"Semua laporan akan segera ditindaklanjuti, berhati-hati dalam bermedia sosial, ingat selalu konsep saring sebelum sharing. Istilah 'tidak viral, tidak ditindaklanjuti' untuk ulah nakal wisatawan asing, ini tidak berlaku bagi Bali yang mengusung tagline pariwisata budaya," ujarnya menjamin.

Menurutnya, menangani ulah wisatawan mancanegara dengan memviralkan justru membuat masalah lebih rumit, mengingat ada UU ITE yang membatasi unggahan dan berpotensi diproses secara hukum. Selain itu, dengan tidak mengunggah sembarangan kenakalan wisatawan mancanegara di media sosial juga dapat membantu menjaga nama baik Bali di mata nasional maupun internasional.

Bagi Kepala Dispar Bali itu, menjaga nama baik Bali tidak hanya dengan mempromosikan hal-hal baik atau membuat slogan menarik, tapi juga didukung dengan membuat fakta positif. "Bisnis pariwisata adalah bisnis image atau citra. Ketika citra jatuh, maka habislah pariwisata itu, maka itu, semua masyarakat diharapkan memahami, kalau ingin pariwisata ini terus berlanjut, semua pihak harus bisa menjaga citra positif pariwisata Bali," ujarnya.

Pejabat Pemprov Bali tersebut mengingatkan bahwa hampir 80 persen penduduk Bali bergantung pada pariwisata, meski tak semuanya secara langsung menikmati lembaran dolar, namun semua akan terdampak ketika pariwisata terancam. Hal tersebut telah dirasakan selama tiga tahun pandemi Covid-19, sehingga diharapkan seluruh pihak bahu membahu dalam membenahi pariwisata Bali dengan cara bijak bermedia sosial.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler