Apa Saja Berkah Berhaji yang Bisa Dirasakan Muslim? (Bagian 1)
Hanya umat Muslim yang benar-benar menunaikan haji yang dapat merasakan berkah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Haji dilaksanakan bagi Muslim yang mampu, baik secara keuangan maupun kekuatan fisik atau kesehatannya.
Terkait keberkahan dalam berhaji, dalam QS Al-Hajj ayat 27 dan 28 disampaikan terkait perintah dari Allah SWT agar Nabi Ibrahim mengajak Muslim berhaji dan apa manfaat ibadah tersebut.
"Dan berserulah kepada manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." QS Al-Hajj 27-28)
Berdasarkan ayat tersebut, bisa dipahami jika hanya umat Muslim yang benar-benar menunaikan ibadah haji yang dapat merasakan berkah yang sebenarnya. Imam Abu Hanifah, diriwayatkan, tidak yakin ibadah mana yang lebih utama. Meski demikian begitu dirinya melakukan haji, dia tidak ragu-ragu menyatakan haji adalah yang paling baik dari semuanya.
Dilansir di About Islam, Senin (5/6/2023), cendekiawan Muslim Abul A'la Mawdudi berupaya memberikan jabaran singkat tentang berkah melaksanakan ibadah haji.
Berkah Berhaji yang Bisa Dirasakan Muslim
1. Perjalanan
Selama ini, perjalanan yang dilakukan oleh seseorang biasanya terbagi dalam dua jenis, yaitu perjalanan bisnis atau berlibur. Dalam kedua kasus tersebut, perjalanan yang dilakukan semata untuk memenuhi keinginan duniawi dan menguntungkan diri sendiri.
Namun, perjalanan ibadah haji sangat berbeda sifatnya. Muslim yang berangkat haji tidak mencari tujuan pribadi apa pun, melainkan semata-mata untuk Allah dan pemenuhan tugas yang ditetapkan.
"Tidak ada yang siap untuk melakukan perjalanan ini, kecuali dia memiliki cinta kepada Allah di dalam hatinya, serta rasa takut kepada-Nya. Dia harus sepenuhnya percaya bahwa Allah ingin dia melakukan apa yang dia lakukan," ujar dia.
Kesediaan seorang Muslim untuk menanggung kesendirian yang timbul dari pemisahan dari keluarga, mengeluarkan biaya besar dalam perjalanan yang tidak akan membawa imbalan materi, serta menderita kehilangan bisnis atau pekerjaan adalah tanda dari kualitas batin tertentu.
Kondisi ini membuktikan seseorang itu mencintai dan takut kepada Allah SWT lebih dari segalanya. Hal ini juga menunjukkan jika ia memiliki rasa tanggung jawab yang kuat kepada-Nya, bersedia untuk memenuhi panggilan-Nya dan siap untuk mengorbankan kenyamanan materi demi kepentingan-Nya.
2. Kebajikan dan kesalehan
Kecintaan seorang Muslim kepada Allah perlahan meningkat seiring dengan persiapan menjelang perjalanan haji, dengan satu-satunya niat untuk menyenangkan Allah. Dengan kerinduan hati untuk mencapai tujuan ini, Muslim yang berangkat haji akan menjadi lebih murni dalam pikiran dan perbuatan.
Ia akan bertobat dari dosa-dosa masa lalu, mencari pengampunan dari orang-orang yang mungkin telah dicurangi atau disakiti, serta mencoba memberikan haknya kepada orang lain jika diperlukan, agar tidak pergi ke pengadilan Allah dengan beban ketidakadilan yang mungkin dilakukan terhadap sesama manusia.
"Secara umum, kecenderungan untuk berbuat baik meningkat dan kebencian terhadap kejahatan meningkat. Setelah meninggalkan rumah, semakin dekat seorang Muslim ke Rumah Allah, semakin kuat keinginannya untuk berbuat baik," ucap Abul A'la Mawdudi.
Calon jamaah haji akan selalu berhati-hati agar tidak menyakiti siapa pun dalam kesehariannya. Ia juga akan berupaya keras menghindari pelecehan, ketidaksenonohan, ketidakjujuran, pertengkaran, maupun pertengkaran, karena berjalan di jalan Allah.
Seluruh perjalanan haji merupakan tindakan ibadah. Perjalanan ini adalah perjalanan yang berkelanjutan, di mana seorang Muslim mencapai pemurnian diri yang progresif. Karena itu, dalam perjalanan ibadah ini seorang Muslim disebut dengan peziarah kepada Allah.