Wapres: Tujuh dari 10 Sumber Air Rumah Tangga Tercemar Limbah
Akses masyarakat ke sumber air minum layak telah mencapai 91 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengatakan banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati air bersih yang layak dan aman. Meskipun konstitusi telah mengamanatkan penyediaan air minum yang layak bagi masyarakat, tetapi nyatanya akses air minum layak belum dinikmati secara maksimal.
"Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, sekitar 7 dari 10 sumber air rumah tangga tercemar limbah," ujar Kiai Ma'ruf saat membuka Indonesia Water and WastewaterExpo and Forum 2023 di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Kondisi ini kata Kiai Ma'ruf, juga terjadi di belahan dunia lainnya. Laporan Organisasi Meteorologi Dunia menyebutkan sejumlah 3,6 miliar penduduk dunia tidak mendapat akses air bersih yang layak.
"Setidaknya selama sebulan dalam setahun pada 2018. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah hingga 5 miliar orang pada 2050," ujarnya.
Padahal air minum yang layak menjadi kebutuhan dasar seluruh masyarakat. Karena itu, kata Wapres, penyediaan air bersih serta sanitasi yang layak tidak dapat ditawar.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, Pemerintah menargetkan 100 persen rumah tangga memiliki akses air minum layak pada 2024, termasuk 15 persen akses air minum aman, dan 30 persen akses air minum perpipaan.
Hingga 2022, akses masyarakat ke sumber air minum layak mencapai 91 persen, akses air minum aman 11,8 persen. Namun, akses air minum perpipaan baru menjangkau 20,69 persen.
"Sehingga masih terdapat celah yang signifikan dalam pencapaiannya," ujar Ma'ruf.
Sementara, untuk sanitasi, dalam RPJMN Pemerintah menargetkan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk di dalamnya 15 persen rumah tangga memiliki akses sanitasi aman, dan penurunan angka defekasi di tempat terbuka hingga nol persen pada akhir 2024.
Menurutnya, pencapaian akses air minum dan sanitasi sesuai target RPJMN tersebut akan mendukung percepatan tujuan ke-6 pencapaian SDGs di tahun 2030, yakni air bersih dan sanitasi layak yang berkelanjutan bagi semua.
"Saya berharap forum ini dapat menjadi media untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman, serta berkolaborasi mencari peluang pendanaan dan pengelolaan yang efektif dan efisien, untuk menjamin penyediaan air minum dan sanitasi yang layak," ujarnya.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) Lalu Ahmad Zaini mengatakan, Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengelola sumber daya airnya, termasuk kelangkaan air di beberapa daerah, polusi, dan infrastruktur yang tidak memadai. Menurutnya, dibutuhkan komitmen bersama para pemangku kepentingan untuk memaksimalkan pelayanan dasar air minum dan limbah domestik kepada masyarakat.
"Karena itu, PERPAMSI mendorong kembali aktifnya forum Southeast Water Utilities Network (SEAWUN) yang sempat vakum beberapa tahun sebelum Pandemi Covid-19 sebagai jejaring regional sektor air minum dan limbah antar asosiasi air di negara-negara ASEAN diharapkan dapat menjadi forum untuk meningkatkan kinerja anggotanya," ujar Lalu.