Masih Bergantung Rentenir, Teten Masduki Ajak UMKM Masuk Pasar Modal

Saat ini dari 894 perusahaan yang telah melantai di bursa efek, baru ada 33 UMKM.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki.
Rep: Retno Wulandhari Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterbatasan informasi mengenai pendanaan disebut masih menjadi tantangan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk berkembang. Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan masih banyak pelaku UMKM yang belum mengakses perbankan. 


Bahkan tidak sedikit UMKM yang masih menggunakan modal pribadi hingga mengakses pinjaman ke rentenir untuk mendanai usahanya. "Sekitar 30 juta UMKM masih menggunakan pembiayaan pribadi atau keluarga, dan ada enam juta UMKM masih mengakses pinjaman ke rentenir," jelas Teten, Rabu (7/6/2023). 

Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkenalkan alternatif pendanaan bagi pelaku UMKM. Teten berharap kerja sama ini dapat mempercepat UMKM untuk go public dan memanfaatkan pembiayaan di luar perbankan.

Menurut Teten, kontribusi UMKM ke keperekonomian nasional sangat besar, namun strukturnya masih didominasi oleh sektor mikro. Berbeda dengan di Seoul. Meski sama-sama ditopang oleh UMKM, skala usahanya sudah terbilang besar karena didukung oleh inovasi teknologi yang mumpuni. 

"Oleh karena itu kita harus memperkuat struktur ekonomi kita agar usaha yang skalanya kecil bisa naik jadi menengah," ujar Teten.

Teten meyakini kerja sama dengan BEI melalui program inkubator ini dapat mempercepat tercapainya target 100 UMKM untuk go public. Saat ini dari 894 perusahaan yang telah melantai di bursa efek, baru ada 33 UMKM yang sudah melakukan Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO). 

"Targetnya ada 100 UMKM yang bisa listing di bursa ini. Tapi mungkin dengan pendekatan inkubasi dan agregasi mungkin akan lebih banyak," kata Teten.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler