Negara Sering Terbebani Masalah Kesehatan Akibat Dampak Buruk Tembakau

Kota Bandung raih penghargaan kawasan tanpa rokok dari Kemenkes.

ANTARA/Syaiful Arif
Petani memanen tembakau di Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (30/9/2022). Harga tembakau saat ini mencapai Rp35 ribu per kilogram naik dibandingkan tahun lalu Rp28 ribu per kilogramnya.
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kota Bandung meraih penghargaan sebagai Kota Lokasi Uji Coba Implementasi Dashboard e-Monev Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan oleh Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Maxi Rein Rondunuwu kepada Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna pada acara Puncak Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2023, di Auditorium Siwabessy Gedung Prof Sujudi Kemenkes RI, Jakarta, Kamis 8 Juni 2023. 

Baca Juga


"Alhamdulillah Kota Bandung meraih penghargaan soal implementasi KTR. Mudah-mudahan ini sebagai upaya kita untuk memasifkan KTR di Kota Bandung," tutur Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna. 

Pada kesempatan itu, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, sebanyak 349 juta orang di 79 negara berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi ketidakamanan pangan akut. Hal itu dikarenakan pengunaan lahan subur yang luas untuk menanam tembakau daripada menanam tanaman yang bergizi tinggi. 

"Negara-negara yang menanam tembakau sering mengalami dampak ekonomi akibat dampak buruk terhadap kesehatan, lingkungan, dan sosial dari menanam tembakau," katanya. 

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia dengan luas lahan sebesar 204.330 Ha dan produksi tembakau sebanyak 224.660 ton pada tahun 2022. Produk hasil tembakau, lanjut Dante diantaranya adalah sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, rokok elektrik, dan hasil pengolahan tembakau lainnya. 

"Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, menunjukkan bahwa rokok menjadi persentase pengeluaran rumah tangga miskin terbesar kedua yaitu sebanyak 11,90% di perkotaan dan 11,24% di pedesaan, dibandingkan makanan bergizi seperti telur, ayam atau lainnya," ujarnya. 

 

 

Berdasarkan hal tersebut, Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 31 Mei mengangkat tema global “We Need Food, Not Tobacco” untuk tahun 2023. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan bermaksud menyelenggarakan acara puncak dalam rangka memperingati HTTS 2023 dengan tema nasional “Kita Butuh Makanan, Bukan Rokok”.  

Perlu diketahui, Kota Bandung telah memiliki Perda Nomor 4 tahun 2021 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dengan demikian, ada payung hukum yang mengatur konsumsi rokok, baik dari aspek perlindungan kesehatan maupun dampak sosial dan ekonomi masyarakat khususnya bagi generasi muda. Sejauh ini, Kota Bandung telah memiliki sebanyak 445 atau sekitar 85,74 persen lokasi yang telah mematuhi KTR. Sedangkan yang belum menerapkan KTR sebanyak 74 lokasi. 

Sebelumnya, Pemkot Bandung telah menginstruksikan seluruh perangkat daerah selaku tim pembina dan pengawasan KTR untuk melakukan pembinaan dan pemantauan kembali pada lokasi-lokasi yang tidak patuh KTR. Ema juga meminta seluruh aparatur Pemerintah Kota Bandung memberi contoh yang baik bagi orang-orang sekitar dengan tidak merokok di kawasan-kawasan KTR. Ema berharap, implementasi KTR di Kota Bandung dapat lebih optimal lagi.

 

Kementerian Kesehatan dan WHO juga diketahui menjadikan Kota Bandung sebagai salah satu lokus pelatihan aplikasi dan uji coba dashboard e-monev KTR. Sedangkan kota lainnya yaitu Kabupaten Klungkung, Kota Metro, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Cimahi, dan DKI Jakarta. Platform berbasis web online dan aplikasi seluler yang dikembangkan Kementerian Kesehatan dan WHO ini telah digunakan oleh tim Satgas KTR untuk memantau pelaksanaan KTR sejak dilakukan sosialisasi dan audiensi pada Oktober 2022 lalu sampai saat ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler