Dewan Kopi Indonesia: El Nino Bisa Perburuk Produksi Kopi Sumut

El Nino membebani petani kopi karena sedang sering gagal panen.

ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYA
Biji kopi.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ketua Dewan Kopi Indonesia perwakilan Sumatra Utara Ujiana Sianturi mengatakan bahwa fenomena El Nino bisa memperburuk produksi kopi Sumut.

Baca Juga


"Industri kopi Sumut bisa semakin rusak," ujar Ujiana dilansir Antara, Sabtu (10/6/2023).

Perempuan yang juga Ketua Asosiasi UMKM Sumut itu melanjutkan, El Nino menambah beban petani kopi Sumut yang saat ini sedang limbung. Menurut Ujiana, kini stok kopi di Sumut sangat kurang karena gagal panen, salah satunya akibat iklim. Ekspor pun sulit padahal harga kopi sedang tinggi.

Di perdagangan internasional, harga kopi kualitas terbaik untuk ekspor disebut Ujiana mencapai sekitar Rp 140 ribu per kilogram, lebih tinggi dari biasanya yang Rp 90 ribu. "Selain itu, ada pula serangan jamur pada kopi dan pohonnya meranggas sehingga tidak berbuah. Ini membuat kami tidak berani menandatangani kontrak (ekspor-red)," kata dia.

Belum berhenti sampai di sana, industri kopi di Sumut juga terganggu dengan adanya Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang resmi berlaku mulai pertengahan Mei 2023. Regulasi tersebut menyatakan, setidak-tidaknya tujuh komoditas yaitu sawit, kopi, kayu, daging, karet, kacang kedelai dan kakao, beserta produk turunannya, tidak boleh diekspor ke negara-negara anggota Uni Eropa jika tidak memenuhi syarat deforestasi atau penggundulan hutan.

"Kita sedang diembargo oleh Eropa. Mereka sekarang bertanya, kopinya dari mana? Dari hutan tidak? Anehnya, kenapa sebelumnya tidak ada peraturan seperti itu. Ini jadi seperti persoalan politik," tutur Ujiana.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ada 50-60 persen peluang terjadinya El Nino di Indonesia pada semester kedua tahun 2023 dengan puncaknya diyakini pada Agustus.

Salah satu dampak El Nino yang sangat diwaspadai adalah terjadinya gagal panen. Gagal panen ini akan membuat kurangnya stok beras yang berujung pada meningkatnya harga.

Berdasarkan BMKG, El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler