Dukung Razia Vape di Sekolah, Kak Seto: Caranya Harus Bisa Mengambil Hati Remaja

Kak Seto mengingatkan razia vape tidak dilakukan dengan cara permusuhan.

www.freepik.com
Vape (ilustrasi). Ada tanda-tanda yang dapat diwaspadai oleh orang tua untuk mengetahui apakah anak mereka mulai kecanduan rokok elektrik atau tidak.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati anak Seto Mulyadi mengingatkan bahwa pengaruh vape tidak ada bedanya dengan narkoba. Ia pun mendukung razia rokok elektrik di sekolah.

"(Edukasinya) Harus mengarah ke sana bahwa itu obat-obatan yang sangat berbahaya, menganggu tumbuh kembang anak, baik itu kecerdasannya maupun berbagai kemampuan lain," ujar psikolog yang akrab disapa Kak Seto kepada Republika.co.id, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga



Menurut Kak Seto, razia vape dapat saja dilakukan di sekolah, tetapi dengan cara yang ramah anak atau tidak dengan kekerasan. Dengan begitu, anak akan bersimpati dengan gerakan tersebut.

"Ini diarahkan justru untuk menyelamatkan generasi muda, jadi tidak dengan cara permusuhan, yang malah membuat mereka membentuk geng sendiri. Jadi diambil hatinya remaja ini," kata Kak Seto.

Lebih lanjut, Kak Seto mengatakan semua pihak harus semakin gencar menyampaikan bahaya vape kepada pelajar, baik itu melalui jalur pendidikan formal maupun kegiatan antara remaja sendiri. Ia menyoroti pemerintah harus tegas sekali menyatakan bahaya dari vape, yang terkadang bisa dimasuki zat-zat yang lebih dahsyat dari nikotin.

Pemerintah, menurut Kak Seto, bisa menyuarakan secara resmi melalui Kementerian Pendidikan, misalnya jalur kurikulum tentang zat adiktif yang terkandung dalam vape. Selain itu, informasi bahaya vape bisa disebarkan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan kepada orang tua hingga perkumpulan antara remaja.

"(Penyampaian) tentu dengan bahasa remaja, menggaet figur publik menyadarkan kepada beliau ini bahwa tolong jangan sampai merusak generasi anak-anak Indonesia. Ajak mereka ikut menjadi motivator untuk anak-anak menjauhi vape," ujar Kak Seto.

Pemerintah juga bisa menggandeng publik figur maupun idola remaja agar bersama-sama mengedukasi tentang bahaya vape. Pemerintah bisa memainkan peran itu dari segala bidang, misalnya Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan.

"Semua bahu-membahu menyasar remaja untuk tidak mudah tergiur bujuk rayu yang mengarah pada tren ngevape," kata Kak Seto.


Melalui kurikulum, Kak Seto mengatakan pelajar bisa disentuh sisi intelektualitasnya. Dari sisi emosi, remaja bisa dirangkul oleh figur publik figur.

Beberapa waktu lalu, sebuah video pemusnahan vape di sekolah viral di media sosial. Hal itu mengundang keprihatinan karena banyak pelajar dan remaja yang sudah merokok vape.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler