Kuwait Beli Drone Turki Senilai 367 Juta Dolar AS
Kuwait menjadi negara ke-28 yang membeli drone TB2 buatan Turki.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Angkatan Udara Kuwait mengatakan Kuwait mencapai kesepakatan senilai 367 juta dolar AS dengan perusahaan drone raksasa Turki, Baykar, untuk membeli drone Bayraktar TB2. Kuwait ingin menambah armada pesawat nir-awak yang dapat membawa bom ringan dan terbang selama 27 jam itu.
Pengumuman ini menjadikan Kuwait negara ke-28 yang membeli drone TB2. Permintaan drone ini naik setelah keberhasilannya di zona konflik seperti Libya, Suriah dan Ukraina.
Dalam video yang diunggah di Twitter, Selasa (14/6/2023) Kepala Operasi Angkatan Udara Kuwait Jenderal Fahad Al-Dosari mengatakan armada pesawat nir-awak dapat membantu Angkatan Laut dan Penjaga Pantai serta memantau perbatasan maritim dan darat. Selain membantu operasi pencarian dan penyelamatan drone ini, katanya, juga dapat "menggelar misi pengintaian dan penargetan."
Kuwait dan Baykar tidak mengungkapkan berapa banyak drone yang dibeli atau kapan akan dikirim. Keduanya belum menanggapi permintaan komentar.
Drone yang diperkirakan satunya dibandrol 2 juta dolar AS itu diproduksi Baykar Defense. Perusahaan milik keluarga menantu Presiden Reccep Tayyip Erdogan, Selcuk Bayraktar yang menjabat sebagai Chief Technical Officer Baykar Defense.
Keberhasilan TB2 diakui menyeimbangkan konflik di Libya serta sekutu Turki, Azerbaijan dalam perangnya dengan Armenia di Nagorno-Karabakh pada 2020. Drone ini juga memungkinkan Ukraina mempertahankan kota-kotanya dan menyerang pasukan Rusia dengan efektif.
Kesuksesan TB2 di Ukraina mengejutkan pakar militer dan mendorong banyak negara membeli pesawat nir-awak itu. Sebuah lagu berjudul 'Bayraktar' dengan suara ledakan yang diiringi bunyi ketukan lagu diunggah di Youtube dan dimainkan di radio Ukraina.
Kampanye mengumpulkan dana di Lithuania untuk membeli drone itu mencapai 6 juta dolar. Media Kuwait melaporkan kontrak antara Baykar dan Kuwait dicapai setelah negosiasi langsung antara pemerintah Turki dan Kuwait yang mencakup penyediaan senjata, senjata elektronik, dan fasilitas kontrol kendaraan darat yang cocok dengan standar NATO.
Kuwait dianggap salah satu sekutu non-NATO dan Amerika Serikat (AS) memperkuat kemitraan militer dengan negara itu sejak Perang Teluk tahun 1991 untuk mengusir pasukan Irak setelah diktator Irak Saddam Hussein menyerang Kuwait. Negara itu menampung 13.500 pasukan Amerika.