PBB Sebut Aksi Dunia Terhadap Perubahan Iklim Masih Menyedihkan
Negara-negara dunia berada jauh dari jalur dalam memenuhi janji dan komitmen iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan bahwa tanggapan global terhadap perubahan iklim masih menyedihkan. Usai bertemu dengan sekelompok masyarakat sipil penggerak iklim dari seluruh dunia, Guterres menekankan bahwa dunia sedang menuju bencana dalam waktu yang cepat.
"Kebijakan-kebijakan saat ini sedang membawa dunia menuju kenaikan suhu 2,8 derajat pada akhir abad ini. Itu adalah bencana. Namun tanggapan kolektif tetap menyedihkan," kata Guterres pada konferensi pers di New York, Kamis (15/6/2023), seperti dikutip dari transkrip resmi PBB dalam situs webnya.
Guterres mengatakan dia sangat khawatir dengan sikap dunia terhadap perubahan iklim. Menurut dia, negara-negara berada jauh dari jalur dalam memenuhi janji dan komitmen iklim, dan tanggapan kolektif masih menyedihkan.
"Saya melihat kurangnya ambisi. Kurangnya kepercayaan. Kurangnya dukungan. Kurangnya kerja sama. Dan banyaknya masalah seputar kejelasan dan kredibilitas," tambahnya.
Guterres mendesak semua negara untuk membangun kembali kepercayaan berdasarkan keadilan iklim dan mempercepat transisi yang adil menuju ekonomi hijau. Dia menekankan setiap negara, tanpa kecuali, harus mendengar suara masyarakat sipil serta melibatkan mereka untuk membantu membentuk kebijakan.
Guterres mengatakan bahwa tindakan dalam mengatasi perubahan iklim ini butuh partisipasi global dan perlu dilaksanakan secepat mungkin. Dia menyebut industri bahan bakar fosil menjadi sumber masalah iklim, dan mengatakan masalahnya bukan hanya emisi bahan bakar fosil.
"Solusinya jelas: dunia harus menghapuskan bahan bakar fosil dengan cara yang adil dan merata ? beralih meninggalkan minyak, batu bara, dan gas dan meningkatkan investasi terbarukan dalam transisi yang adil," ujar dia.