Digigit Tikus, Ini yang Harus Anda Lakukan Agar tak Mengancam Nyawa

Jangan sepelekan gigitan tikut pada anggota tubuh.

Pixabay
Tikus (ilustrasi). Beberapa hal ini harus Anda lakukan agar gigitan tikut tak mengancam nyawa Anda.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tikus (mouse) dan tikus besar (rat) dapat menyebarkan penyakit melalui air liur, feses, atau urinenya. Mereka juga sering menampung tungau, kutu, dan parasit lain yang dapat menularkan penyakit kepada manusia.

Baca Juga


Dilansir laman Healthline, Jumat (16/6/2023), tikus tidak agresif dan biasanya hanya menggigit orang saat merasa terancam atau terpojok. Gigitan tikus biasanya tidak serius, tetapi masih merupakan ide bagus untuk menemui dokter jika Anda digigit.

Ancaman utama gigitan hewan pengerat adalah risiko infeksi. Sebagian besar risiko gigitan tikus berasal dari potensi infeksi bakteri atau virus.

Gigitan tikus juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), hewan pengerat kecil termasuk tikus hampir tidak pernah membawa rabies.

Sebuah studi kasus 2014 menggambarkan pengasuh hewan yang mengalami reaksi alergi setelah digigit tikus lab. Pria berusia 55 tahun itu menerima gigitan di jari tengahnya.

Dalam 10 menit seluruh tubuhnya menjadi gatal dan timbul ruam di lengannya. Lima menit kemudian, bibirnya membengkak dan dia menjadi pusing. Gejala pria itu mereda dalam waktu delapan jam setelah masuk ke rumah sakit.

Potensi efek samping dan risiko dari gigitan tikus lainnya adalah demam gigitan tikus (RBF). Ini adalah jenis infeksi yang dibawa oleh bakteri yang hidup pada beberapa hewan pengerat.

Gejala biasanya dimulai dalam waktu tiga hingga 10 hari kontak. Dalam beberapa kasus, mungkin tertunda hingga 21 hari.

Berikutnya, hantavirus. Ini adalah penyakit langka namun berpotensi mematikan yang disebarkan oleh tikus rusa dan tikus kaki putih. Hantavirus memiliki angka kematian 38 persen.

Hantavirus dapat menyebar melalui air liur tikus, urine, atau feses. Penularan melalui gigitan tikus jarang terjadi. Biasanya, orang mengembangkannya melalui penularan melalui udara.

Selain itu, ada koriomeningitis limfositik. Koriomeningitis limfositik merupakan penyakit yang dibawa oleh hewan pengerat. Diperkirakan lima persen tikus rumahan di Amerika Serikat (AS) membawa koriomeningitis limfositik.

Ini dapat ditularkan ke manusia melalui air liur, darah, feses, atau urine. Gejalanya biasanya muncul dalam waktu delapan hingga 13 hari paparan.

Jika Anda digigit atau dicakar hewan pengerat, Anda harus segera membersihkan luka Anda dengan air hangat dan sabun. Setelah Anda membersihkan area tersebut, Anda bisa mengeringkannya dengan handuk baru serta mengoleskan krim antibiotik dan perban.

Sebaiknya temui dokter setiap kali Anda digigit hewan pengerat. Meskipun lukanya mungkin tidak terlihat serius, hewan pengerat dapat membawa bakteri dan virus dalam air liurnya yang berpotensi menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa.

Saat ini tidak ada tes laboratorium yang dapat mengetahui apakah tikus membawa bakteri penyebab demam gigitan tikus, jadi dokter mungkin memberi Anda antibiotik sebelum infeksi berkembang. Di sisi lain, tikus peliharaan dapat menggigit Anda saat Anda memegangnya. 

Anda dapat meminimalkan kemungkinan digigit dengan mengenakan sarung tangan saat memasukkan tangan ke dalam kandangnya atau saat mengambilnya. CDC tidak merekomendasikan bahwa keluarga dengan anak di bawah lima tahun, wanita hamil, atau orang dengan sistem kekebalan yang lemah memelihara hewan pengerat karena berpotensi membawa penyakit. Seperti tikus lainnya, tikus peliharaan dapat menyebarkan penyakit melalui air liur, feses, atau urinnya. Beberapa penyakit seperti koriomeningitis limfositik lebih sering terjadi pada tikus liar tetapi juga telah dilaporkan dari tikus peliharaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler