Tiba di Cina, Menlu AS Berusaha Jalin Komunikasi Bilateral

Blinken akan berada di Cina hingga Senin (19/6/2023).

Olivier Douliery/Pool via AP
Menlu Amerika Serikat, Antony Blinken. Blinken akan berada di Cina hingga Senin (19/6/2023).
Rep: Dwina Agustin Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di Beijing, Cina pada Ahad (18/6/2023). Dia menjadi diplomat senior AS pertama yang mengunjungi Cina dalam lima tahun terakhir.

Kunjungan ini bisa terwujud setelah Blinken menunda perjalanan pada Februari usai perselisihan soal balon mata-mata Cina yang dicurigai terbang di atas wilayah udara AS. Blinken adalah pejabat pemerintah AS berpangkat tertinggi pertama yang mengunjungi Cina sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari 2021.

Blinken akan berada di Cina hingga Senin (19/6/2023). Dia diperkirakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qin Gang, diplomat senior Cina Wang Yi, dan mungkin Presiden Xi Jinping.

Pertemuan-pertemuan tersebut berusaha untuk membangun saluran komunikasi yang terbuka dan tahan lama antara kedua negara. Kegiatan ini untuk memastikan persaingan strategis antara Washington dan Bejing tidak berkembang menjadi konflik.

Ada harapan kunjungan Blinken akan membuka jalan untuk lebih banyak pertemuan bilateral dalam beberapa bulan mendatang, termasuk kemungkinan perjalanan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dan Menteri Perdagangan Gina Raimondo. Pertemuan ini juga bisa menjadi cikal bakal pertemuan antara Xi dan Biden di KTT multilateral di akhir tahun.

Baca Juga


Pada Sabtu (17/6/2023), Biden mengatakan bahwa dia berharap untuk bertemu dengan Presiden Xi dalam beberapa bulan ke depan. Seluruh dunia akan mengikuti perjalanan Blinken dengan cermat karena setiap eskalasi antara negara adidaya dapat menimbulkan dampak di seluruh dunia.

Hasil kunjungan ini akan memiliki dampak pada pasar keuangan hingga rute dan praktik perdagangan serta rantai pasokan global.

"Ada pengakuan dari kedua belah pihak bahwa kita memang perlu memiliki saluran komunikasi tingkat senior," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada wartawan selama pemberhentian pengisian bahan bakar di Tokyo dalam perjalanan ke Beijing.

"Bahwa kita berada pada titik penting dalam hubungan di mana saya pikir mengurangi risiko salah perhitungan, atau seperti yang sering dikatakan teman-teman Cina kita, menghentikan spiral ke bawah dalam hubungan, adalah sesuatu yang penting," kata pejabat itu.

Hubungan antara kedua negara telah memburuk, meningkatkan kekhawatiran bahwa suatu hari mungkin akan bentrok secara militer atas Pulau Taiwan. Mereka juga berselisih mengenai masalah mulai dari perdagangan, upaya AS untuk menahan industri semikonduktor Cina, dan rekam jejak hak asasi manusia Cina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler