Stunting Hambat Bonus Demografi 2030 di Indonesia

Puncak Bonus demografi diperkirakan terjadi di tahun 2030.

retizen /Riza Maryani
.
Rep: Riza Maryani Red: Retizen

Prevalensi stunting pada Data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta Balita. Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen, Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis.


Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun 14 persen di tahun 2024. Itu artinya 1 tahun lagi waktu untuk mencapai target tersebut. Maka dari itu program penurunan angka stunting menjadi perhatian penting bagi pemerintah.

Stunting menyebabkan pertumbuhan fisik anak terganggu sehingga memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya, stunting juga memiliki manifestasi jangka panjang. Stunting dapat menggangu kemampuan kognitif dan akademis pada anak , dan berisiko lebih tinggi terhadap penyakit gizi lebih saat dewasa sehingga tidak dapat produktif dan kompotitif untuk menghadapi Bonus Demografi. Faktor penyebab kejadian stunting yaitu asupan gizi yang rendah pada 1.000 hari pertama kehidupan (Golden Age), yaitu saat janin hingga bayi umur dua tahun. Selain asupan gizi, buruknya sanitasi, akses air bersih yang minim dan kebersihan lingkungan yang kurang juga menjadi faktor penyebab stunting. Dalam penanganannya, pemerintah membuat program-program pencegahan stunting, yaitu:

  1. Peningkatan Gizi Masyarakat melalui program Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak. Kementerian Kesehatan merilis, 725 ribu ibu hamil yang mendapatkan PMT untuk ibu hamil dan balita kurus di Papua dan Papua Barat, Surveilans Gizi pada 514 Kabupaten/Kota dan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada 514 Kabupaten/Kota.
  2. Sanitasi berbasis Lingkungan melalui peningkatan kualitas sanitas lingkungan di 250 desa pada 60 Kabupaten/Kota, dengan target prioritas pada desa yang tingkat prevalensi stuntingnya tinggi.
  3. Anggaran setiap desa dalam program ini sebesar 100 juta, dengan target minimal 20 KK terlayani jamban individu sehat dan cuci tangan pakai sabun dan kebijakan yang menyasar kepada warga miskin agar ada perubahan perilaku.
  4. Pembangunan infastruktur. Pemerintah membangun infrastruktur air minum dan sanitasi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satunya mencegah stunting. Dalam empat tahun telah membangun Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pengolahan Air (TPA), dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Dari program-program diatas, perlu ditingkatkan kembali upaya dalam menurunkan angka kejadian stunting. Program-program lintas sektor dapat menunjang keberhasilan penurunan angka kejadian stunting.

Program tersebut mencakup sektor perekonomian dengan menurunkan tingkat kemiskinan di masyarakat, sektor kesehatan seperti peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah dengan angka stunting yang cukup tinggi, dan juga pemberian edukasi kepada calon ibu pada masa kehamilan dalam memenuhi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), karena dampak pada masa periode emas akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buah hati hingga dewasanya.

sumber : https://retizen.id/posts/223759/stunting-hambat-bonus-demografi-2030-di-indonesia
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler