Kecerdasan Buatan Versus Personal Trainer, Mana Lebih Unggul?
Teknologi seperti kecerdasan buatan memiliki keterbatasan dalam melatih kebugaran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kecerdasan buatan (AI) semakin populer setelah kemunculan Chat GPT. Bahkan saat ini, AI sudah mulai mengambil alih banyak pekerjaan di berbagai bidang, bahkan pelatih kebugaran atau personal trainer.
Aplikasi kebugaran yang menggunakan AI, FitnessAI, bisa memberikan jadwal latihan rutin yang bisa dipersonalisasi berdasarkan informasi yang dimasukan pengguna, seperti tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan peralatan yang tersedia di rumah atau di gym. Namun, mengandalkan teknologi saja memiliki keterbatasan dalam melatih kebugaran.
Aplikasi seperti halnya FitnessAI tidak memahami dan mensintesis pengguna sebagai pribadi. Diperlukan waktu beberapa minggu bagi aplikasi ini untuk mulai memvariasikan latihan dengan cara yang lebih unik karena aplikasi ini menghitung angka, mengumpulkan daya, dan mengenali pola.
Wartawan senior CNET, Imad Khan, yang pernah melakukan eksperimen menggunakan FitnessAI memastikan bahwa dia tidak akan beralih ke ChatGPT untuk program latihan kebugaran. Pada dasarnya, kata dia, ChatGPT adalah mesin yang dirancang untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan.
“Jadi ketika saya meminta ChatGPT untuk membuat rutinitas seputar pergelangan kaki saya yang terkilir, aplikasi ini merekomendasikan latihan sambil berdiri dan menahan beban, yang dapat memperburuk cedera,” kata Imad Khan dalam tulisannya seperti dikutip Senin (19/6/2023).
Selama beberapa hari, Khan mencoba berlatih dengan mengikuti instruksi FitnessAI. Sesi pertama berfokus pada bahu dan perut, di mana aplikasi menyarankan untuk memulai dengan lima set barbell shoulder presses, lalu beralih ke dumbbell shoulder press.
Sesi kedua, ia mencoba fokus pada otot bisep. Sama seperti sesi sebelumnya, tidak ada banyak variasi. Beralih dari dumbbell curl ke barbell curl, yang tampak berulang-ulang. Lalu pada sesi latihan area chest atau dada, Khan mengalami masalah yang sama, di mana FitnessAI merekomendasikan dua latihan yang sebagian besar menargetkan kelompok otot yang sama: incline bench press diikuti dengan incline dumbbell press.
“Saya juga tidak mengerti apa gunanya memulai latihan dengan bench press dan diakhiri dengan Smith machine bench press. Saya heran FitnessAI tidak mempertimbangkan sesuatu seperti cable chest fly, yang memungkinkan gerakan yang lebih banyak,” jelas Khan.
Dengan harga 15 dolar AS atau sekitar Rp 224 ribu per bulan, FitnessAI mungkin terbilang mahal jika Anda membandingkannya dengan banyak aplikasi kebugaran lain di pasaran. Namun, Khan melihatnya sebagai alat latihan yang kuat yang bisa mencatat aktivitas dan menunjukkan bagaimana cara melakukan latihan dengan tepat. Secara keseluruhan, FitnessAI tampaknya lebih cocok untuk pengunjung gym yang lebih berpengalaman.
Khan kemudian membandingkannya dengan menggunakan aplikasi latihan pribadi, Future. Ia terhubung dengan Brett Carroll, seorang pelatih yang berbasis di Florida. Setelah berdiskusi, Carroll memberikan latihan yang tidak hanya berfokus pada latihan beban, namun juga mengintegrasikan banyak latihan peregangan dan gerakan, yang selama ini Khan abaikan.
Selama beberapa waktu, Khan pun mengikuti sesi latihan dengan dipantau Carroll melalui aplikasi. Kadang, Carroll memantaunya secara langsung melalui video call. Dan karena Carroll bukanlah mesin, ia bisa lebih menyesuaikan.
“Misalnya ketika hari pertama latihan, saya sangat lelah sehingga saya melewatkan latihan hari berikutnya. Untungnya, Carrol bisa menyesuaikan rutinitas saya untuk membantu saya pulih,” jelas Khan.
Berbicara tentang pemulihan, Carroll merekomendasikan suplemen. Khan juga bisa berbicara dengannya tentang diet dan tujuan makro. Ini adalah sesuatu yang mungkin dibatasi oleh perusahaan dengan aplikasi kebugaran AI karena masalah tanggung jawab.
Saat bertanya kepada ChatGPT, suplemen apa yang harus Khan konsumsi, aplikasi merekomendasikan whey protein, kreatine, minyak ikan, dan multivitamin. Sementara itu, rekomendasi makronya tampak tidak tepat berdasarkan tipe tubuh dan tujuan penurunan berat badan Khan lantaran aplikasi mengusulkan 360 hingga 540 gram karbohidrat, berlawanan dengan 170 hingga 200 gram karbohidrat yang direkomendasikan dari kalkulator makro daring.
“Dalam kasus saya, mendapatkan respons yang nyata dari pelatih sungguhan adalah hal yang membuat saya tetap termotivasi, sebuah kesadaran yang serius akan kondisi sosial saya. Apa pun itu, dalam hal hasil latihan di gym, saya memilih untuk mempercayai manusia daripada mesin,” tegas Khan.