Gagal Organ Akibat Ngevape, Mantan Atlet Remaja Ingatkan Sebaya untuk Jauhi Rokok Elektrik
Remaja di Inggris sampai butuh paru-paru buatan untuk tetap hidup.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang remaja yang menggunakan vape sebagai alternatif untuk merokok biasa berakhir dengan mesin pendukung kehidupan setelah mengalami kegagalan organ. Remaja bernama Ewan Fisher itu beralih menggunakan vape dalam upaya meningkatkan keterampilan tinju dan kebugarannya secara keseluruhan.
Alih-alih lebih sehat, Fisher malah mendapati kondisi paru-parunya seperti orang berusia 80 tahun. Remaja laki-laki itu mengatakan dia mengisap rokok elektrik rasa buah hingga 14 kali sehari.
Kebiasaan itu menyebabkan kondisi pneumonitis hipersensitif. Kondisi ini terjadi ketika paru-paru mengembangkan respons kekebalan terhadap sesuatu yang Anda hirup, yang mengakibatkan peradangan pada jaringan.
Fisher mulai sakit sehari sebelum ujian General Certificate of Secondary Education (GCSE) pada usia 16 tahun. Fisher menghabiskan delapan pekan dalam perawatan intensif lalu berakhir dengan membutuhkan paru-paru buatan untuk membuatnya tetap hidup.
"Saya berakhir dengan dua mesin pendukung kehidupan yang berbeda dalam keadaan koma dengan peluang hidup hanya 20 persen," kata Fisher berbicara di Good Morning Britain, dilansir The Sun, Rabu (28/6/2023).
Bahkan, Fisher mengatakan petugas medis kerap memanggil keluarganya untuk bersiap dengan hal buruk. Mereka berpikir, dia tidak akan berhasil melewati kondisi tertentu.
"(Vape) itu menghancurkan seluruh hidup saya," ujar Fisher.
Setelah lima tahun berlalu, pemuda dari Nottingham itu masih harus berjuang dengan urusan medis. Dia menceritakan bahwa dokter mengatakan dirinya bisa pulih sepenuhnya, tetapi akan mengalami banyak efek samping.
"Saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berjalan lagi, jadi saya melewatkan sebagian besar masa remaja saya," kata Fisher.
Kini, mantan atlet itu ingin memperingatkan anak muda lainnya tentang potensi bahaya rokok elektrik. "Tolong, tolong jangan lakukan (menghisap rokok elektrik) itu. Itu memengaruhi semua orang di sekitarmu dan saya hampir mati," ujar Fisher.
Profesor yang berspesialisasi dalam kedokteran anak dan duduk di sebelah Fisher di GMB, Jonathan Grigg, menjelaskan bahwa petugas medis tahu bahwa vape tidak aman.
"Kasus Fisher adalah puncak gunung es. Kita menciptakan sekelompok anak-anak yang akan kecanduan vape dan memiliki efek jangka panjang pada masalah paru-paru mereka yang sedang berkembang," kata Grigg.
Fisher pernah bercita-cita menjadi petinju profesional. Namun, kini, dia kehabisan napas hanya dengan menaiki tangga.
"Saya dulu sangat sehat, berlari setiap malam, tetapi saya tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Saya benar-benar berjuang mendaki bukit, dan semua persendian saya rusak. Hidup saya berubah drastis," ujar Fisher.
Fisher mengatakan, kakeknya yang berusia 65 tahun lebih bugar daripada dia. "Ketika saya di rumah sakit, mereka mengatakan saya memiliki paru-paru perokok seperti orang berusia 80 tahun dan saya hanya merokok elektrik selama lima atau enam bulan," kata Fisher.
Fisher mengatakan dirinya telah kehilangan peluang karier tinju dan banyak hal yang biasa dia lakukan dalam hidup. Vape telah dikaitkan dengan sedikitnya lima kematian di Inggris, dengan laporan perangkat itu menyebabkan anak-anak menderita paru-paru kolaps.
Angka National Health Service (NHS) menunjukkan 40 anak muda di bawah usia 19 tahun dirawat di rumah sakit selama setahun terakhir karena rokok elektrik yang dijual secara ilegal. Di antara pasien itu, ada 15 anak berusia sembilan tahun ke bawah sejak dua tahun lalu. Para ahli telah memperingatkan bahwa penggunaan rokok elektrik dengan cepat menjadi epidemi di kalangan anak-anak.