Warga Pinggiran Gunung Betung Nikmati Makan Daging Setahun Sekali

Warga mulai merasakan nikmatnya daging, setelah bertahun-tahun tak ada yang bekurban.

Republika/Mursalin Yasland
Warga pinggiran Gunung Betung, Bandar Lampung, menikmati daging setahun sekali saat Idul Adha, dua tahun terakhir. Foto diambil Kamis (29/7/2023).
Rep: Mursalin Yasland Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Hari raya kurban menjadi momentum terpenting bagi warga Kampung Batuputu, Kelurahan Batuputuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung. Sejak dua tahun ini, warga mulai merasakan nikmatnya daging, setelah bertahun-tahun tidak ada yang kurban di kampungnya.

Baca Juga


“Baru dua tahun ini, warga di sana bisa menikmati daging. Itu pun menunggu daging kurban,” kata Nugraha (57 tahun), warga Beringin Jaya, Kemiling, Bandar Lampung, Kamis (29/6/2023).

Awalnya, Nugraha, bapak dua anak ini, mengajak adik iparnya untuk berkurban kambing di kampung tersebut pada musim haji tahun lalu. Warga menyambut gembira kedatangan dua kampung perdana dari luar kampungnya. Guyub warga terasa saat hari pemotongan (penyembelihan) kambing kurban di halaman rumah.

Kampung Batuputu ini tidak jauh dari pusat kota dapat ditempuh sekira 30 sampai 40 menit. Letaknya di perbukitan Gunung Betung, sebuah kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura)  Wan Abdul Rahman (WAR), pinggiran Kota Bandar Lampung. Kawasan ini juga dinamakan kawasan hutan lindung Register 19 Gunung Betung.

Tahura WAR ini kawasan pelestarian alam dibangun untuk koleksi tumbuhan dan satwa yang alami dan buatan, atau asli dan buatan. Kawasan ini juga menjadi pusat penelitian iptek, budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Pada dasarnya, kawasan ini sebagai penyanggah kehidupan dan pengawetan keanekaragaman flora dan fauna.

Pada wilayah lereng Gunung Betung Tahura WAR yang bukan tanah larangan, bermukim rumah penduduk dengan jumlah ratusan kepala keluarga. Warga kampung tersebut, rata-rata sebagai pekebun, buruh bangunan, pedagang, dan juga asisten rumah tangga.

Menurut Nugraha, di kampung tersebut memang terdapat masjid, namun setiap musim haji atau hari raya Idul Adha, tidak pernah ada hewan kurban. Beberapa warga mendapat kupon kurban dari pemukiman dekat kota, yang berlebihan hewan kurbannya baik sapi maupun kambing.

Tahun pertama, hari raya Idul Adha ia datangkan dua kambing. Tahun kedua, bertambah tiga kambing, dan tahun ini Idul Adha 1444 H bertambah lagi jadi empat kambing. Warga setempat menyediakan makan siang kepada warga yang bergotong royong melaksanakan pemotongan hewan hingga dibagikan kepada warga kampung setempat sekira 100 KK lebih.

“Alhamdulillah, (empat kambing) dapat terkumpul 75 kantong plastik,” kata Heri (48 tahun), warga Batuputu, selaku koordinator pemotongan hewan kurban desanya.

Sehari-hari, Heri bekerja sebagai buruh harian lepas di kota. Terkadang ia juga mencari penghidupan untuk keluarga sebagai tukang bangunan. Bapak empat anak ini mengapresiasi kedatangan empat kambing dari warga di luar kampungnya.

“Terima kasih, terima kasih, hewan kurbannya,” ujar Heri, setelah membagikan habis jatah daging hewan kurban kepada pengurban.

Lina (56 tahun), salah seorang pengurban kambing di kampung tersebut, terharu dapat berbagi dalam merasakan kebahagian untuk mencicipi daging kepada warga kampung di pinggiran kota tersebut.

“Penyebaran daging kurban ke daerah-daerah yang kosong hewan kurban dirasakan manfaatnya lebih besar. Belum tentu mereka bisa beli daging sebulan sekali, atau setahun sekali,” kata Lina, ibu dua anak tersebut.

Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari saja sudah sulit dengan memeras keringat dan membanting tulang sebagai pekerja kasar. Barangkali, ujar dia, tidak terpikirkan sengaja kalau hanya untuk makan daging sebagai lauk makan. 

 

Warga pinggiran Gunung Betung, Bandar Lampung, menikmati daging setahun sekali saat Idul Adha, dua tahun terakhir. Foto diambil Kamis (29/7/2023). - (Republika/Mursalin Yasland)

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler