Kunjungi Pasar Bandarjo, Mendag Ungkap Penyebab Tingginya Harga Daging dan Telur Ayam

Harga telur ayam semestinya berada pada kisaran Rp 27 ribu-Rp 28 ribu per kilogram.

Republika/Bowo Pribadi
Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Zulkifli Hasan berdialog dengan pedagang daging ayam di los daging Pasar Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (30/6/2023).
Rep: Bowo Pribadi Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Menyambangi para pedagang di pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Zulkifli Hasan mengungkap penyebab harga daging ayam di pasaran masih berada di atas standar hatga Pemerintah.

Baca Juga


Menurut Zulkifli, harga ayam yang terlalu murah pada awal tahun dan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriyah lalu menjadi salah penyebab harga ayam di tingkat konsumen masih berada di atas Rp 38 ribu per kilogram.

"Tadi, harga ayam kalau satu ekor, ditimbang masih ada kaki dan kepalanya seharga Rp 38 ribu perkilogram. Tetapi kalau belinya memilih (misalnya) dada, harganya masih mencapai Rp 40 ribu per kilogram,” jelasnya, usai mengunjungi pasr Bandarjo, Ungaran, Jumat (30/6).

Memang, kata menteri yang akrab disapa Zulhas ini, harga tersebut masih mahal sedikit, karena standar harga ayam berada pada harga Rp 38 ribu per kilogram.

Selain daging, harga telur ayam juga masih di atas harga eceran tertinggi (HET) Pemerintah, di angka Rp 28 ribu per kilogram. Sehingga masih ada selisih lebih mahal Rp 2.000 per kilogram.

Tetapi kalau bawal dan protein hewani lainnya masih di bawah, pun demikian dengan cabai harganya masih di bawah, rata-rata berkisar Rp 35 ribu per kilogram.

Yang masih mahal adalah daging dan telur ayam. Karena dulu harganya terlalu murah. "Jadi waktu tahun baru, natal dan lebaran harg ayam itu hnya Rp 33 ribu per kilogram, jadi peternak rugi ongkos menggemukkan, sehingga ayam sebelum besar sudah dipotong. Akhirnya sekarang terasa agak berkuran stok atau suplainya dan kalau kalau kurang stok harganya naik,” jelasnya.  

Demikian halnya telur ayam, mestinya harganya berada di Rp 27 ribu-Rp 28 ribu per kilogram. Karena  kemarin natal dan lebaran harganya hanya Rp 25 ribu per kilogram dan ada juga yang Rp 24 ribu per kilogram.

Kalau rugi, induknya dipotong dan dijual, sehingga sekarang perlu waktu untuk mengembalikan produksi telur ayam ini jadi normal. "Mudah-mudahan dua hingga tiga minggu ke depan harga sudah bisa normal kembali untuk daging dan telur ayam ini,” kata Zulhas.

Salah seorang pedagang di pasar Bandarjo, Ungaran, Siswati (38) mengungkapkan, untuk saat ini harga telur ayam di level konsumen memang masih berada di kisaran Rp 29 ribu-Rp 30 ribu per kilogram.

Ia juga mengamini, harga tersebut masih termasuk tinggi, karena harga normalnya berada pada kisaran Rp 24 ribu-Rp 25 ribu per kilogram. Kendati begitu, harga telr ayam saat ini relatif sudah turun, setelah beberapa bulan lalu mencapai Rp 32 ribu per kilogram.

Ia juga mengakui, mahalnya harga daging ayam dan harga telur ayam memang mempengaruhi daya beli konsumen. Namun demikian, masyarakat masih tetap membeli walaupun harus menyesuaikan kemampuannya. "Walaupun mahal, telur ayam masih menjadi sumber protein yang dibutuhkan oleh masyarakat. jadi tetap dibeli," ungkapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler