Sekutu Ukraina Tak Satu Suara, Jerman Menentang AS Kirim Bom Kluster

Jerman tetap akan menerapkan kesepakatan Oslo soal bom kluster.

EPA-EFE/MYKOLA TYS
Tim penyelamat Ukraina bekerja di lokasi ruangan bangunan setelah roket menghantam sebuah blok apartemen di Lviv, Ukraina, Kamis (6/7/ 2023).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, WINA – Polemik mulai muncul mengenai rencana pengiriman bom kluster demi membantu Ukraina melawan Rusia. Jumat (7/7/2023), Jerman menentang pengiriman bom kluster ke Ukraina, sehari setelah AS menyatakan keinginan untuk mengirim senjata tersebut. 


Bom kluster berpotensi menyebabkan banyaknya kematian warga sipil ketika digunakan dalam perang. Banyak organisasi HAM yang mewanti-wanti agar negara sekutu Ukraina tak mengirimkan bom kluster yang pernah digunakan di perang Irak pada 2003. 

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyatakan, negaranya merupakan salah satu dari 111 negara penandatangan  Convention on Cluster Munitions (CCM), yang melarang penggunaan bom kluster. Sedangkan AS bukan merupakan penandatangan. 

Ditanya mengenai pernyataan pejabat AS yang ingin mengirimkan bom kluster ke Ukraina, Baerbock yang hadir dalam konferensi iklim di Wina, Austria, menyatakan,’’Saya mengikuti berita di media. Bagi kami, sebagai penandatangan, kami menerapkan kesepakatan Oslo.’’

Baerbock mengacu pada CCM, yang ditandatangani di ibu kota Norwegia, Oslo pada 2008. Konvensi ini melarang penggunaan, menyetok, memproduksi, dan mengirimkan senjata kluster ini ke tempat atau negara lain. 

Gedung Putih menyatakan, pengiriman bom kluster ke Ukraina dilakukan dengan pertimbangan memadai. Namun, belum ada pengumuman resmi mengenai hal ini. Pekan depan Presiden Joe Biden akan menghadiri pertemuan NATO, diperkirakan fokus soal Ukraina. 

AS terakhir kali menggunakan bom kluster saat perang di Irak, pada 2003. Mereka memutuskan tak menggunakan kembali saat konflik berubah medannya, yaitu ke lingkungan urban yang padat dihuni oleh warga sipil. 

AS dan Inggris menggunakan 13 ribu bom kluster....

Menurut laman Cluster Munition Coalition, kampanye global masyarakat sipil untuk menghapus penggunaan bom kluster, AS dan Inggris menggunakan 13 ribu bom kluster berisi bomblet sebanyak 1,8 juta hingga 2 juta unit dalam tiga pekan serangan besar.

Ketika diluncurkan, bom kluster akan merilis bom-bom berukurkan lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas. Dengan kemampuan senjata ini, memberikan ancaman besar bag warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang. 

Tak hanya itu, setelah perang berakhir, ancaman juga mengintai warga sipil karena bom-bom kecil yang dirilis saat peneyarangan bom kluster ada yang tak berhasil meledak. Bisa saja kemudian meledak beberapa saat setelah masa perang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan pejabat senior lainnya bahkan meminta tambahan stok senjata kluster ini dari para sekutunya.Mereka menilai, jenis senjata ini cara ampuh menembus pertahanan Rusia yang memperlambat serangan balik Ukraina. 

Hal senada disampaikan salah seorang pejabat AS kepada Times. Ia menyatakan, sangat jelas situasi di medan pertempuran Ukraina saat ini membuat bom kluster 100 persen dibutuhkan. Bulan lalu, pejabat Pentagon membahas isu ini juga.

Ia menyatakan, militer AS meyakini bom kluster akan berguna dalam membantu Ukraina. Namun, jelas dia, mereka belum memberikan persetujuan pengiriman untuk Kiev sebab perlu persetujuan kongres dan negara-negara sekutu.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler