Soal Bom Tandan, Biden Dikritik Rekan Sendiri di Partai Demokrat
Ilhan menyatakan, AS mestinya tak ikut serta dalam penggalaran HAM.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kritik mengemuka setelah AS memutuskan mengirimkan bom tandan ke Ukraina. Diyakini akan banyak korban akibat senjata ini. Cluster Munition Monitor menyatakan, 149 warga sipil dunia meninggal atau terluka akibat senjata ini pada 2021.
Paul Hannon, wakil ketua International Campaign to Ban Landmines and Cluster Munition Coalition Governance Board, mengatakan keputusan pemerintahan Presiden Joe Biden mengirim bom tandan akan berkontribusi pada jatuhnya korban yang mengerikan.
Ini dialami Ukraina saat ini maupun masa mendatang. ‘’Penggunaan bom tandan oleh Rusia dan Ukraina menambah kontaminasi yang saat ini sudah terjadi baik oleh bahan peledak maupun ladang ranjau,’’kata Hannon, Jumat (7/7/2023) seperti dilansir Guardian.
Biden juga mendapatkan kritik dari rekannya sendiri di Partai Demokrat, anggota Kongres Ilhan Omar. Ia salah satu yang akan memimpin amendemen National Defense Authorization Act yang mearang penjuangan bom tandan.
‘’Kita harus jelas, jika AS hendak menjadi yang terdepan dalam isu HAM, kita mestinya tak ikut serta dalam pelanggaran HAM,’’ kata Ilhan. Ia menambahkan, AS bisa mendukung perjuangan rakyat Ukaraina sekaligus menentang pelanggaran terhadap hukum internasional.
‘’Faktanya, nanti korban tak berdosa bom tandan hampir pasti adalah warga Ukraina. Alih-alih berhubungan dengan bom tanda, kita dengan kekuatan yang dimiliki seharusnya mengakhiri penggunaan bom tandan ini,’’ kata Ilhan menegaskan.
Anggota Kongres lainnya, Betty McCollum menilai tindakan pemerintahan Biden sebagai ‘’hal yang tak perlu dan kesalahan mengerikan.’’ Seharunsya, kata dia, senjata tersebut dihapuskan dari stok senjata AS bukan digunakan di Ukraina.
AS terakhir kali....
Menurut Pentagon, AS terakhir kali menggunakan bom tandan selama perang Irak pada 2003. Namun, Human Rights Watch menyatakan, pasukan AS menjadikan bom tandan ini sebagai senjata kunci saat invasi ke Afghanistan pada 2001.
Pada tiga tahun pertama perang, koalisi yang dipimpin AS menjatuhkan lebih dari 1.500 bom tandan di Afghanistan. Merujuk aturan tahun 2009, ada larangan ekspor bom tandan AS dengan tingkat kegagalan meledak bomblet lebih dari satu persen.
Namun, Biden bisa mengelak dari larangan itu seperti yang dilakukan pendahulunya, Donald Trump pada Januari 2021 yang mengizinkan teknologi bom tandan ke Korea Selatan.
Ketika diluncurkan, bom tandan akan merilis bom-bom berukurkan lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas. Dengan kemampuan senjata ini, memberikan ancaman besar bagi warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang.
Tak hanya itu, setelah perang berakhir, ancaman juga mengintai warga sipil karena bom-bom kecil yang dirilis saat peneyarangan bom kluster ada yang tak berhasil meledak. Bisa saja kemudian meledak beberapa saat setelah masa perang.