Wakepsek: Kita Sampai Harus Door to Door Agar Warga Bukit Duri Tertarik Masuk SMAN 8

Wakepsek sebut pihaknya door to door agar warga Bukit Duri mau masuk SMAN 8.

Situs resmi SMAN 8 Jakarta
SMA Negeri 8 Jakarta. Wakepsek sebut pihaknya door to door agar warga Bukit Duri mau masuk SMAN 8.
Rep: Eva Rianti Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi masih terus mengalami masalah. Pun berlaku terhadap sekolah-sekolah favorit yang justru berada di lingkungan menengah ke bawah seperti SMAN 8 Jakarta.

Baca Juga


Wakil Kepala SMAN 8 Bidang Kesiswaan Gatot Handoko menyebut, SMAN 8 memprioritaskan warga berusia SMA yang ada di sekitar sekolah. Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada RT-RT di sekitar sekolah untuk memasukkan anak usia SMA ke SMAN 8.

Bahkan sosialisasi dilakukan secara door to door ke para RT serta komunikasi yang intens di grup Whatsapp. Pada tahun ini tercatat ada 42 RT yang masuk jalur zonasi.

Gatot mengakui, sebagian masyarakat sekitar menilai bahwa SMAN 8 masih dianggap sebagai sekolah unggulan dan prestatif dengan para siswa di dalamnya yang pintar serta dikenal pula menengah ke atas.

Namun, hal itu dianggap wajar karena perlu adaptasi dalam penerapan jalur zonasi. Dia pun mewajarkan adanya masyarakat sekitar yang masih enggan untuk mendaftar ke SMAN 8.

"Karena memandang SMAN 8 favorit, padahal kita sudah tidak memandang SMAN 8 favorit, sudah sama, sudah reguler, karena kan memang tujuan zonasi untuk memeratakan tingkat kualitas pendidikan. Jadi enggak ada sekolah unggulan, hanya masyarakat sendiri yang berpandangan begitu," ujar dia.

 

Menurut Gatot, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mendidik. SMAN 8 Jakarta diyakini masih terus berprestasi meski sudah menerapkan jalur zonasi. Dia pun menampik adanya sikap eksklusif terhadap siswa jalur zonasi dengan jalur lainnya.

"Prestasi kan bisa dicapai melalui akademik dan non akademik. Banyak kok anak-anak yang dari jalur zonasi masuk ITB (Institut Teknologi Bandung) dan fakultas yang sangat keren Seni Rupa dan Desain, artinya kita tidak membeda-bedakan. Buktinya, tahun ini semua naik (kelas) kok. Jadi itu kan anggapan orang luar yang tidak tahu di dalamnya," ujar Gatot.

Gatot menegaskan, pihak sekolah tidak terbebani dengan penerapan jalur zonasi. Hanya saja memang diakui butuh waktu untuk sama-sama adaptif antara sekolah dan warga sekitar dengan background masing-masing yang berbeda. Menurutnya, para guru-lah yang menjadi ujung tombak perubahan siswa melalui cara mendidik.

"Itu kan kewajiban guru, memintarkan anak yang kurang atau belum pintar. Jadi semua pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang malas. Kita di SMAN 8 berusaha menggiatkan anak yang malas untuk rajin belajar sehingga di sekolah masih ada KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk memotivasi anak belajar kalau enggak sampai 75 maka akan remedial, nah dengan menghindari remedial kan harus terpacu belajar," jelas dia.

Gatot berharap dengan sosialisasi yang masif, lambat laun warga sekitar yang barangkali minder untuk masuk ke SMAN 8 bisa lebih percaya diri dan memanfaatkan kesempatan menggunakan jalur zonasi.

 

"Nanti dengan berjalannya waktu akan menjadi hal yang biasa," tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler