Lahan Pertanian 24,7 Hektare di IKN jadi Modal Awal Ketahanan Pangan

Sedang dilakukan kajian pengembangan food estate di Kalimantan Timur.

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Petani menabur pupuk organik ke lahan pertaniannya di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2/2023). Sebagian petani di daerah tersebut memilih beralih ke pupuk organik menyusul naiknya harga dan sulitnya mendapatkan pupuk kimia.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Myrna A Safitri mengatakan, ketersediaan 24,7 hektare lahan pertanian di IKN merupakan modal awal untuk membangun ketahanan pangan IKN.

Baca Juga


"Lahan seluas 24,7 hektare (ha) ini luasnya sebesar 9,64 persen dari luas IKN sehingga akan kami maksimalkan untuk produksi pangan untuk kebutuhan di IKN," ujar Myrna ditemui dalam Simposium Memperkuat Ekosistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan IKN di Samarinda, Selasa (11/7/2023).

Lahan seluas itu telah diprogramkan dengan pengelolaan secara optimal melalui intensifikasi berkelanjutan. Kemudian akan dilakukan dengan perluasan hingga menjadi minimal 25.600 ha atau sebesar 10 persen dari luas wilayah IKN.

Di daerah sekitar IKN, pihaknya juga akan terus mendorong petani setempat untuk melakukan intensifikasi lahan, bukan ekstensifikasi karena pertumbuhan penduduk tidak akan sebanding dengan luasan lahan yang tersedia, sehingga yang harus dilakukan adalah pemanfaatan teknologi pertanian.

Sementara secara garis besar, strategi ketahanan pangan IKN terdiri atas berbagai elemen seperti mempertahankan sebagian kawasan pertanian. Yakni dengan pertimbangan berjalannya kegiatan secara menahun, termasuk mencermati penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani.

Kemudian melakukan intensifikasi berkelanjutan terhadap pertanian dalam arti luas mulai dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang sudah berjalan di kawasan IKN.

Hal lain yang juga menjadi kajian adalah pengembangan food estate di Kalimantan Timur. Karena kawasan ini merupakan daerah relokasi bagi lahan produksi pangan lokal yang terdampak dalam pengembangan IKN.

Hal lain yang menjadi perhatian pihaknya adalah pangan yang sehat dan berkualitas, yakni bahan pangan yang diproduksi dari pertanian secara ramah lingkungan atau tidak menggunakan pupuk maupun obat-obatan kimia, tapi semuanya dengan material alami

"Pertanian yang cerdas adalah yang mampu memproduksi bahan pangan yang tidak menghasilkan limbah, tidak mencemari lingkungan, namun menggunakan material alami. Sekarang adalah tren pertanian yang ramah lingkungan," ujar Myrna.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler