Mengapa Keanggotaan Ukraina di NATO Sangat Sensitif?
Para pemimpin NATO tidak memberikan Rencana Aksi Keanggotaan Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina meningkatkan upaya untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia tahun lalu. Upaya ini diambil dengan alasan bahwa jaminan keamanan yang diberikan oleh Moskow, Washington, dan London ketika menyerahkan persenjataan nuklirnya ke Rusia pada 1994 tidak mumpuni.
Sementara negara-negara Eropa timur mengatakan, sebuah peta jalan harus diberikan ke Kiev sebelum menjadi anggota NATO. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, ekspansi NATO menuju perbatasan Rusia selama dua dekade terakhir adalah alasan utama keputusannya untuk mengirim puluhan ribu tentara ke negara tetangga Ukraina pada 24 Februari 2022.
Pada 2008 dalam KTT Bucharest, NATO menyetujui bahwa Ukraina dapat bergabung dengan aliansi tersebut. Tetapi, para pemimpin NATO tidak memberikan Rencana Aksi Keanggotaan (MAP) yang merupakan peta jalan untuk membawa Ukraina lebih dekat ke blok tersebut. Moskow kemudian secara ilegal mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung proksi separatis di timur Ukraina.
Dalam kunjungan yang jarang ke Kiev pada April ini, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, NATO memberikan tempat bagi Ukraina. Namun, keanggotaan Ukraina belum dapat diproses karena negara tersebut sedang dilanda perang.
Pada awal Juni, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan, negaranya memahami posisi ini. Tetapi, pada dia mengulangi seruan agar Ukraina menerima undangan untuk hadir di KTT NATO berlangsung pada 11-12 Juli di Vilnius.
Di bawah proses MAP diikuti oleh negara-negara bekas komunis lainnya di Eropa Timur, para kandidat harus membuktikan bahwa mereka memenuhi kriteria politik, ekonomi dan militer, serta mampu memberikan kontribusi militer untuk operasi NATO. Sejak 1999, sebagian besar negara yang ingin bergabung dengan NATO telah berpartisipasi dalam MAP meskipun prosedur ini tidak wajib. Finlandia dan Swedia diundang untuk bergabung langsung dengan aliansi tersebut.
Tidak diketahui bagaimana peta jalan Ukraina menuju keanggotaan NATO...
Sejauh ini, tidak diketahui bagaimana peta jalan Ukraina menuju keanggotaan NATO karena semakin banyak negara anggota, termasuk Inggris dan Jerman di menyarankan agar setiap negara yang akan bergabung melalui proses MAP.
Dengan langkah seperti itu, NATO dapat menangani tuntutan Kiev dan sekutunya di Eropa timur untuk melampaui bahasa perjanjian KTT Bucharest 2008 tanpa menawarkan undangan kepada Ukraina.
Militer Ukraina telah mengambil langkah besar menuju standar NATO sejak invasi Rusia. Proses ini semakin cepat karena senjata dan amunisi buatan Soviet secara bertahap telah habis. Sementara Barat melatih pasukan Ukraina sesuai dengan standar NATO dan mengirimkan lebih banyak persenjataan canggih.
Klausul bantuan timbal balik terletak di jantung aliansi, yang dibentuk pada tahun 1949 dengan tujuan utama melawan risiko serangan Soviet di wilayah sekutu. Ini dikutip sebagai salah satu alasan utama mengapa Ukraina tidak dapat bergabung dengan NATO saat berkonflik dengan Rusia, karena hal ini dapat segera menarik aliansi tersebut ke dalam perang aktif. Pasal 5 Perjanjian Washington NATO, menyatakan bahwa serangan terhadap satu sekutu dianggap sebagai serangan terhadap semua sekutu.
Stoltenberg telah memperjelas bahwa, NATO harus mendiskusikan opsi untuk memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina setelah perang. Jaminan keamanan berdasarkan Pasal 5 ini habya akan diberikan kepada anggota penuh aliansi NATO.
Kremlin menggambarkan ekspansi NATO itu sebagai bukti permusuhan Barat terhadap Rusia. Moskow mengatakan aliansi NATO sepenuhnya bersifat defensif.
Moskow mengatakan, jika Ukraina bergabung dengan NATO maka akan menimbulkan masalah di masa mendatang. Rusia telah memperingatkan bahwa mereka akan melancarkan tanggapan untuk memastikan keamanannya.