Menlu Retno: Pembakaran Alquran Sakiti Muslim Seluruh Dunia
Aksi tersebut tidak bisa dibenarkan dengan alasan kebebasan berekspresi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutuk keras aksi pembakaran Alquran dengan mengatakan tindakan provokatif itu sangat menyakiti Muslim di seluruh dunia.
Menurut Retno, aksi tersebut tidak bisa dibenarkan, walaupun dengan menggunakan alasan kebebasan berekspresi.
"Aksi itu menunjukkan Islamofobia, kebencian terhadap Islam, religion of peace (agama damai)," kata Retno dalam rekaman video yang dirilis Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (12/7/2023).
Dia menjelaskan, berdasarkan Pasal 20 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR), setiap negara diwajibkan melarang advokasi kebencian agama melalui hukum. Oleh karena itu, Indonesia mendesak Dewan HAM PBB dan pemegang mandat lainnya terkait isu ini agar bersuara keras mengecamnya.
Inggris, AS, dan beberapa negara anggota Uni Eropa enggan mengutuk pembakaran Alquran dalam sidang darurat Dewan HAM PBB di Jenewa pada Selasa (11/7/2023). Pertemuan itu digelar berdasarkan usul Pakistan, yang mewakili Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang meminta negara-negara agar mengutuk serangan yang menargetkan Alquran.
Setelah perwakilan sejumlah negara menyampaikan pidato, Dewan HAM memutuskan untuk kembali bertemu Rabu guna melakukan pengambilan suara untuk membuat resolusi yang mengecam pembakaran Alquran. Bulan lalu, seseorang yang diidentifikasi sebagai Salwan Momika, membakar salinan Alquran di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia.
Aksi provokatif di bawah perlindungan polisi itu bertepatan dengan Idul Adha yang adalah salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan Muslim di seluruh dunia. Tindakan itu memicu kecaman luas dari dunia Islam, termasuk dari Turki, Yordania, Palestina, Arab Saudi, Maroko, Irak, Iran, Pakistan, Senegal, dan Mauritania.