Rusia Blokir Akses Kapal Kargo Bahan Pangan Menuju Perairan Ukraina

Tindakan Rusia ini sebagai balasan atas serangan Ukraina ke Jembatan Krimea.

AP Photo/Khalil Hamra
Kapal kargo berlabuh di Laut Hitam menunggu untuk menyeberangi selat Bosporus di Istanbul, Turki, Kamis, 17 November 2022. ilustrasi
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID,  KIEV -- Rusia menggempur fasilitas ekspor makanan Ukraina untuk hari keempat berturut-turut pada Jumat (21/7/2023). Moskow pun mulai mempraktikkan penyitaan kapal di Laut Hitam.

Moskow menggambarkan serangan itu sebagai balas dendam atas serangan Ukraina di jembatan yang menghubungkan Rusia ke Krimea. Mereka menuduh Ukraina menggunakan penghentian kesepakatan koridor laut untuk meluncurkan serangan teroris.

Selain itu, Rusia mengatakan armada yang di tempatkan di Laut Hitam telah berlatih menembakkan roket ke target yang terlihat. Mereka akan menganggap semua kapal yang menuju perairan Ukraina berpotensi membawa senjata. Kiev menanggapi dengan peringatan serupa tentang kapal yang menuju ke Rusia.

Serangan terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina mengikuti sumpah Ukraina untuk menentang blokade laut Rusia di pelabuhan ekspornya. Saling ancam ini terjadi setelah Moskow menarik diri dari perjanjian koridor laut aman yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki pada pekan ini.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video malam mencatat, bahwa pelabuhan Odesa, fasilitas biji-bijiannya, dan wilayah sekitarnya, sekali lagi menjadi sasaran serangan Rusia. Lebih dari 20 orang terluka minggu ini saja.

"Jika seseorang di Rusia berharap bahwa mereka dapat mengubah Laut Hitam menjadi wilayah tindakan sewenang-wenang dan terorisme, ini tidak akan berhasil bagi mereka," kata Zelenskyy.

"Kami tahu bagaimana mempertahankan diri dan kami melihat di seluruh dunia kesiapan untuk bekerja sama lebih jauh dan lebih aktif untuk menjamin ketenangan bagi kawasan kami," ujarnya.

Gubernur Odesa Oleh Kiper mengatakan, terminal biji-bijian dari sebuah perusahaan pertanian di wilayah Odesa diterjang udara, dengan 100 ton kacang polong dan 20 ton jelai hancur. Foto-foto yang dirilis oleh Kementerian Darurat menunjukkan api yang membakar di antara bangunan logam yang tampak seperti gudang. Dua orang terluka, sementara para pejabat melaporkan tujuh tewas dalam serangan udara Rusia di tempat lain di Ukraina.

Serangan terhadap infrastruktur ekspor biji-bijian dan kecemasan atas pengiriman mendorong harga patokan gandum Chicago berjangka menuju kenaikan mingguan terbesar sejak invasi Februari 2022. PBB mengatakan kesepakatan itu telah membantu yang paling miskin dengan menurunkan harga pangan lebih dari 23% persen secara global sejak Maret tahun lalu.

PBB memperingatkan bahwa jutaan orang di negara-negara miskin di seluruh dunia berisiko lebih besar mengalami kelaparan dan kekurangan makanan akibat efek lanjutan ketidakstabilan harga pangan. "Beberapa akan kelaparan, beberapa akan kelaparan, banyak yang mungkin mati sebagai akibat dari keputusan ini," kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan PBB.

Rusia mengatakan, biji-bijian Ukraina yang sampai ke negara-negara miskin sangat tidak cukup. Moskow sekarang sedang bernegosiasi langsung dengan negara yang paling membutuhkan. Istana Kremlin pun mengatakan, tidak akan memasuki kembali kesepakatan tanpa persyaratan yang lebih baik untuk penjualan makanan dan pupuk Rusia.

Para pemimpin Barat menuduh Moskow berusaha melonggarkan sanksi yang dijatuhkan atas invasinya ke Kiev, yang telah mengecualikan ekspor makanan Rusia. Biji-bijian Rusia telah bergerak bebas melalui Laut Hitam untuk dipasarkan selama konflik.

Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina tahun lalu dan mengklaim telah mencaplok hampir seperlima wilayahnya. Moskow mengatakan, tindakan itu menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh negara tetangga, sementara Kyiv dan Barat menyebutnya sebagai perang penaklukan yang tidak beralasan. 

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler