Survei: Polusi Udara Paling Dirasakan Publik

Penyebab polusi disebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat.

istimewa/tangkapan layar
Diskusi dan pemaparan hasil suvei kerja sama CENTRA Initiative dengan Indopol, terkait lingkungan hidup.
Red: Joko Sadewo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berdasar survei nasional yang dilakukan CENTRA Initiative bekerja sama dengan Indopol Survei, masyarakat menyebut polusi udara sebagai polusi yang sering terjadi di wilayah tempat tinggal masyarakat.


Mereka yang menyebut olusi udara sebesar 65,32%. Berikutnya berturut-turut polusi air (11,45%), polusi tanah (8,71%) dan polusi lainnya (14,52%).

Adapun penyebab polusi disebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat (51,85%),  tidak ada peraturan pemerintah tentang pengelolaan polusi (14,60%), tidak ada penegakan aturan oleh pemerintah (13,15%),  terdapat kegiatan pabrik/tambang di daerah tersebut (5%), dan penyebab lainnya (15,40%).

Peneliti Centra Initiative, Swandaru, mengatakan survei ini berangkat dari pentingnya melindungi keamanan manusia dalam aspek lingkungan. "Survei ini dilakukan pada periode 05-11Juni 2023 terhadap 1280 Responden di 38 Provinsi,” kata Swandaru dalam siaran pers, Ahad (23/7/2023).

Survei ini juga menemukan sebagian besar masyarakat merasa di wilayah tempat tinggalnya mengalami perubahan iklim  (75,56%),  tidak ada perubahan iklim (24,44%). Adapun hal yang paling mereka rasakan adalah suhu sehari-hari semakin panas (45,14%), cuaca yang tidak menentu (38,63%), menyebabkan kekeringan (6,83%), dan air semakin langka/berkurang dan semakin sering banjir (4,16%).

Swandaru menyebut survei ini dilakukan untuk memberikan perhatian kepada para elit politik, pemangku kepentingan, dan pemangku kewajiban terkait dengan upaya bersama menjaga lingkungan hidup Indonesia ke depannya. Menururnya, agenda penyelamatan lingkungan telah menjadi perhatian global.

“Jangan sampai para politisi justru sibuk untuk meraup kekuasaan dan mencapai kemenangan pada 2024 saja, melupakan esensi dari perlindungan lingkungan yang merupakan bagian dari perlindungan keamaman manusia,” papar dia.

Kepala Bidang Kajian WALHI, Puspa Dewy, mengatakan, hasil survei ini bisa menjadi pegangan dalam pengambilan kebijakan. Survei ini perlu ditinjau secara lebih utuh dengan data dan informasi lain.

"Hal ini tergambar dari polusi asap, di Jambi masyarakatnya menyampaikan 100 persen karena mungkin kasus pembakaran hutan. Atau misalnya Riau karena pengelolaan sampah,” paparnya. 

Polusi udara, kata dia, punya implikasi terhadap penghidupan manusia, terhadap pernafasan, terhadap mobilitas, terhadap sumber daya ekonomi dan pendapatan. "Ketika keamanan lingkungan tidak dilindungi, maka krisis akan terjadi. Dalam hal ini, keamanan lingkungan juga dimaknai pembangunan hari ini berorientasi pada kehidupan dan sumber kehidupan yang terkait dengan lingkungan dan sumber daya alamnya,” ungkap Dewy.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler