Tantangan Penanganan Tumor Otak di Indonesia

Kegawatan pada penderita tumor otak sampai saat ini masih menjadi masalah besar.

Tumor otak
Red: Fernan Rahadi

Oleh : Joni Wahyuhadi (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya)

REPUBLIKA.CO.ID, Tumor otak termasuk tumor yang langka dengan insiden di dunia sekitar 300 ribu kasus. Bila dipersentase, angka itu hanya 1,6 persen dari insiden tumor secara keseluruhan. Meskipun langka, tumor otak ini merupakan penyakit yang sering menimbulkan kegawatdaruratan. 


Kegawatan pada penderita tumor otak sampai saat ini masih menjadi masalah besar utamanya di negara kita. Pelayanan kesehatan yang belum merata keberadaan dan kemampuannya, keterbatasan sarana, dan SDM. Juga, literasi masarakat tentang tumor otak yang masih harus terus ditingkatkan untuk menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas tumor otak, menjadi tanggung jawab kita bersama.

Pada dasarnya kondisi mengancam jiwa atau kegawatdaruratan pasien tumor otak adalah akibat dari peningkatan tekanan dalam rongga kepala, kejang, dan penambahan masa tumor akut yang menekan dan merusak struktur vital di otak. 

Kondisi kegawatan tersebut harus segera dideteksi penyebabnya. Tindakan diagnostik untuk mendeteksi kegawatan ini yang terbaik adalah pemeriksaan CT Scan kepala, sehingga dokter bisa cepat memberikan bantuan sesuai dengan penyebabnya. Kendala yang sering didapat adalah keterlambatan penentuan diagnostik akibat akibat keterbatasan CT Scan pada pusat layanan. 

Tantangan penatalaksanaan tumor otak di Indonesia adalah sistem rujukan rumah sakit yang kadang dapat membatasi kecepatan tertangananinya kasus. Sistem rujukan pasien dirasakan masih tidak efektif dan efisien, masih banyak masyarakat belum terlayani, akibatnya penumpukan pasien luar biasa di rumah sakit besar tertentu. 

Selain itu, kebutuhan fasilitas penunjang kesehatan di Indonesia masih butuh ditingkatkan untuk dapat memberikan tatalaksana yang optimal bagi pasien tumor otak. Sebagai contoh, alat MRI yang berperan krusial untuk proses diagnostik tumor otak jumlahnya masih sangat terbatas dan hanya tersebar di RS pemerintah maupun RS Swasta besar di Indonesia. 

Fasilitas penunjang lain seperti mikroskop untuk operasi, alat ini jumlahnya jauh lebih sedikit lagi. Sehingga tidak banyak RS yang bisa melakukan operasi untuk pasien dengan legae artis. Kerja sama seluruh stakeholder, Kementerian Kesehatan, Persi, Arsada, BPJS dan organisasi profesi penting, agar terciptanya pelayanan paripurna. Sehingga masyarakat dan seluruh tenaga kesehatan serta kemajuan ilmu-teknologi kesehatan akan mendapatkan manfaatnya. 

Tumor otak sendiri berdasar asal sel tumor dibagi menjadi dua, yaitu tumor otak primer dimana sel tumor berasal dari sel sel yang membentuk otak dan yang ada di rongga kepala, dan tumor otak skunder, bila sel tumor berasal dari luar rongga kepala. Yang kedua ini sering disebut tumor otak metastase. WHO membagi asal sel tumor otak setidaknya ada 10 sumber.  Berdasar sifat pertumbuhan sel,  ada yang bersifat ganas, intermediate dan jinak. 

Tumor otak dengan pertumbuhan sel yang jinak banyak ditemukan di Indonesia antara 40-60 persen, utamanya adalah jenis meningioma. Sedangkan di Eropa dan Amerika tumor otak lebih banyak ditemukan dengan sifat sel yang ganas, utamanya adalah Glioma. 

Glioma, di Amerika Serikat, setiap tahunnya terdapat sekitar 20.500 diagnosis baru dan 12.500 kematian akibat tumor otak. Di RSUD Dr Soetomo tahun 2012 sampai 2018 kami dapatkan sebanyak 1.285 penderita tumor otak, laki-laki 39,2 persen (503), perempuan 782 (60,8 persen). Penderita umur 0-5 th 119 (9,3 persen).Tertinggi usia 46-55 tahun 294 (22,9 persen). Jenis terbanyak 504 (39,2 persen) adalah meningioma, suatu tumor jinak yang lebih banyak pada wanita. 

Perbandingan pria dan wanita adalah 2:1. Kedua terbanyak adalah tumor dari neuroepitelial (Glioma) suatu tumor ganas yang dibagi empat gradasi berdasar keganasannya. Meningioma tumor otak jinak yang berasal dari selaput otak (meningioma) dapat dioperasi dan bisa sembuh total bila operasinya baik dan tumor dapat terambil semuanya tanpa cacat neurologi. Tumor ini dipengaruhi oleh hormon terutama profil estrogen. Karena itu, wanita lebih banyak insidennya dibanding pria. 

Sementara itu, Glioma adalah salah satu tumor otak yang merupakan tantangan besar bagi kita, karena sampai sekarang upaya terapi yang ada belum mampu neningkatkan harapan hidup pasien. Yang terganas Glioblastoma Multiforme hanya bertahan rata rata 18 bulan dengan multi modalitas terapi, operasi,radiasi dan khemoterapi. 

Tumor dari kelenjar daerah sella pituitary yang menghasilkan hormone sebesar 12,4 persen atau 160 pasien. Tumor ini juga merupakan tantangan besar, walau sebagian besar jinak namun gangguan hormonal menyebabkan angak kesakitan dan komplikasi yang tinggi. Kejadian tumor otak rata-rata sekitar 14,1 per 100 ribu penduduk pertahun, dengan angka kematian 4,25 per 100 ribu penduduk pertahun.

Sayangnya, sampai saat ini belum ditemukan metode tatalaksana yang efektif dan efisien untuk Glioma. Teori onkogenesis Glioma terutama Glioblastoma Multiforme (GBM) sampai saat inipun belum dapat secara tepat mengungkap seluruh misteri yang mendasari  munculnya GBM. Pendekatan riset molecular secara Genomik maupun Proteinomik masih terbuka luas.

Teknik operasi Glioma sangat spesifik sesuai dengan karakteristik dan keadaan umum penderita. Namun yang terpenting adalah kompetensi Bedah Saraf sebagai operator untuk melakukan eksisi tumor, dengan prinsip "mengambil semaksimal mungkin sel tumor tanpa atau sesedikit mungkin menimbulkan kecacatan neurologis". 

Ketersediaan alat kesehatan dan alat habis pakai untuk proses diagnostik dan terapeutik adalah penting. Namun penguasaan dan ketrampilan tehnis operator jauh lebih penting. The tool with the fool is always the fool. Oleh karenanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap bagi bedah saraf sangatlah diperlukan. Pelatihan, workshop, fellow, dan pendidikan sub spesialis neuroonkologi mutlak dilakukan dan diperlukan, bekerja sama dengan pusat-pusat pelayanan dan pendidikan yang telah maju.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler