Susu Bantuan Stunting Dijual di Medsos, Ini Kata Pemkot Tasikmalaya 

Dinkes Kota Tasikmalaya melakukan verifikasi soal kabar penjualan susu bantuan.

Republika/Bayu Adji P
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan.
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Kabar penjualan susu bantuan penanganan balita stunting di media sosial (medsos) beredar di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kabar itu ditelusuri Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya.


Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan mengatakan, pemerintah kota (pemkot) juga berkoordinasi dengan Polres Tasikmalaya Kota untuk melakukan penelusuran kasus.

Berdasarkan laporan sementara yang diterimanya, kata dia, tidak semua kabar yang beredar itu benar. Didapati juga akun medsos palsu yang menawarkan susu bantuan stunting itu.

Namun, ditemukan juga kasus penjualan susu bantuan itu. “Laporan dari Pak Kadis (Kepala Dinkes), ada lima kejadian. Itu sudah ditindaklanjuti,” kata Ivan, Rabu (26/7/2023).

Ivan mengaku prihatin dengan kasus tersebut. Terlebih bantuan susu itu diberikan untuk meningkatkan kondisi gizi anak-anak. “Saya sudah minta Dinkes terus edukasi dan monitor. Jangan sampai betul-betul kejadian seperti itu,” kata Ivan.

Kepala Dinkes Kota Tasikmalaya Uus Supangat membenarkan maraknya informasi soal penjualan susu bantuan penanganan stunting. Bahkan, dikabarkan masif terjadi. Namun, setelah dilakukan verifikasi lapangan, kata dia, tidak seperti kabar yang beredar.

“Memang ada yang terjadi, tapi kasusnya tidak banyak. Hanya sekitar lima kasus,” kata Uus.

Uus menjelaskan, lima kasus itu terjadi pada tahap awal pemberian makanan tambahan (PMT) yang dilakukan pada Juni lalu. Menurut dia, pihaknya sudah melakukan edukasi kepada orang tua yang menjual susu bantuan itu.

Selain itu, Uus mengatakan, orang tua yang bersangkutan juga diminta membuat surat pernyataan agar tidak kembali melakukan tindakan serupa. Setelahnya, kata dia, program PMT terhadap yang bersangkutan kembali dilanjutkan.

Ihwal kabar yang ramai belakangan ini, menurut Uus, pihaknya kembali melakukan pengecekan. Namun, tidak ditemukan adanya orang tua yang menjual susu bantuan untuk penanganan balita stunting.

“Yang jelas semua kasus itu sudah selesai. Sekarang, model pembagiannya (susu bantuan), dusnya dicopot. Kami juga setiap minggu melakukan pemantauan. Otomatis pemberian susu terkontrol,” kata Uus.

Uus mengatakan, pihaknya akan terus melakukan edukasi dan pengawasan di lapangan. Dinkes juga akan melibatkan petugas lintas sektoral untuk melakukan pengawasan. “Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler