Sinead O'Connor Pernah Gagal Konser di Yerusalem karena Ancaman Itamar Ben-Gvir

Saat ini Itamar Ben-Gvir menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional Israel.

EPA-EFE/Marton Monus HUNGARY
Penyanyi Irlandia Sinead O Connor semasa masih hidup.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Mendiang penyanyi pop Irlandia, Sinead O'Connor pernah batal tampil dalam konser perdamaian di Yerusalem pada musim panas 1997. Penyanyi mualaf itu batal menggelar pertunjukan karena ada ancaman pembunuhan.

Ketika itu, seorang pemuda dan aktivis sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir menggelar kampanye untuk membatalkan konser O'Connor. Hari ini, Ben-Gvir duduk di jajaran kabinet pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sebagai menteri keamanan nasional.

Transformasi Ben-Gvir dari seorang ekstremis Israel pinggiran yang mencoba menghentikan konser bertema koeksistensi O'Connor menjadi seorang menteri yang mengawasi kepolisian Israel, mencerminkan kebangkitan kelompok sayap kanan di Israel. O'Connor, meninggal dunia pada Rabu (26/7/2023) di London. 

O'Connor adalah seorang penyanyi kontroversial yang meroket pada 1990 dengan lagu hitnya "Nothing Compares 2 U". Pada 2018, O'Connor memutuskan untuk masuk Islam dan memakai jilbab.


Pada Kamis (27/7/2023) atau sehari setelah O'Connor meninggal dunia, banyak warga Israel yang menceritakan sebuah surat terbuka yang ditulis oleh penyanyi itu kepada Ben-Gvir. Dalam surat terbuka itu O'Connor mengungkapkan kemarahannya kepada Ben-Gvir yang saat itu berusia 21 tahun.

O'Connor marah setelah mendengar Ben-Gvir membual dalam sebuah wawancara radio bahwa dia berhasil menakut-nakuti penyanyi itu agar tidak tampil di Yerusalem. O'Connor mengirim surat terbukanya ke The Associated Press dan outlet berita lainnya.

"Tuhan tidak menghargai mereka yang membawa teror kepada anak-anak dunia. Jadi kamu tidak berhasil melakukan apa-apa selain kegagalan jiwamu," tulis O'Connor dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan untuk Ben-Gvir. 

Pada 16 Juni 1997, O'Connor - mengkhawatirkan keselamatannya dan anak-anaknya. Dia memutuskan untuk mundur dari konser yang diselenggarakan oleh kelompok wanita Israel dan Palestina yang berusaha mempromosikan Yerusalem sebagai ibu kota bagi kedua negara. Konser perdamaian bertajuk "Berbagi Yerusalem: Dua Ibukota untuk Dua Negara" tersebut dijadwalkan berlangsung beberapa tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo, yang menjadi landasan bagi proses perdamaian Timur Tengah.

Menjelang tersebut, Kedutaan Inggris dan Irlandia di Tel Aviv dilaporkan menerima ancaman pembunuhan terhadap O'Connor.  Setelah konser itu dibatalkan, penggemar dan sesama aktivis perdamaian mengungkapkan kemarahan, keterkejutan, dan kekecewaan. Bahkan beberapa dari mereka menutup bibir mereka dengan selotip hitam dan melakukan aksi protes di jalan melawan Ben-Gvir dan sekutunya 

Pada 1997, Ben-Gvir adalah seorang aktivis di Front Ideologis, cabang dari gerakan rasis, Kahanisme. Ideologi anti-Arab Kahanisme, diproklamirkan oleh Rabi Meir Kahane. Ideologi ini dianggap sangat menjijikkan pada 1980-an sehingga Israel melarangnya dari parlemen, dan Amerika Serikat memasukkan gerakan itu sebagai kelompok teroris. Ben-Gvir mengatakan kepada radio Israel bahwa upaya dia dan kelompoknya untuk melarang O'Connor telah berhasil.

"Dia (O'Connor) tidak datang karena kami. Kami menyebut tekanan yang kami berikan padanya untuk tidak datang adalah kesuksesan," ujar Ben-Gvir saat itu.

Pada Kamis, ketika media Israel mengingat kampanye Ben-Gvir melawan O'Connor, kantornya membantah bahwa dia pernah mengancamnya. “Memang, Menteri Ben-Gvir mengatakan dia akan memprotes pertunjukan itu. Pertunjukan dibatalkan karena permintaan ribuan demonstran," ujar kantor Ben-Gvir.

Hubungan O'Connor dengan Israel menjadi lebih buruk setelah konsernya dibatalkan. Dia menjadi pendukung Palestina dan kampanye yang menyerukan boikot, divestasi, dan sanksi terhadap bisnis, lembaga budaya, dan universitas Israel. Setelah perang Gaza 2014, O'Connor mengindahkan seruan kampanye untuk membatalkan konser di dekat Tel Aviv. Tetapi pembatalan konsernya di Yerusalem pada 1997 adalah yang paling dikenang di Israel.

Dalam surat terbukanya kepada Ben-Gvir, O'Connor menggambarkan dirinya dihantui oleh tayangan televisi tentang orang Israel dan Palestina yang saling memukul di jalan-jalan kota suci Yerusalem. Dia mengatakan, perdamaian dunia tidak akan tercipta jika perdamaian di Yerusalem belum terwujud.

“Saya merasa sedih dan takut. Saya kemudian bertanya kepada Tuhan 'Bagaimana bisa ada kedamaian di mana pun di bumi, jika tidak ada kedamaian di Yerusalem?'. Saya menanyakan pertanyaan itu sekarang, Tuan Ben Gvir," ujar O'Connor dalam suratnya. 




Baca Juga


 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler