Bolehkah Istri Menampilkan Kecantikannya untuk Pria Lain?

Kecantikan istri pada hakikatnya untuk suami

Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Menikah. Ilustrasi. Kecantikan istri pada hakikatnya untuk suami
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap wanita memiliki hak untuk menampilkan kecantikannya sejauh mereka merasa nyaman dan sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang berlaku dalam hubungan mereka.

Baca Juga


Namun, dalam sebuah pernikahan atau hubungan komitmen, biasanya terdapat batasan antara pasangan mengenai hal ini. Lalu, bolehkah istri menarik perhatian pria lain dengan kecantikannya? 

Cendikiawan dan ulama Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, huhungan erat dan kecintaan mendalam antara seorang laki-laki dan perempuan tidak hanya lahir dari kebutuhan yang menjadi tuntutan kehidupan dunia semata. 

Seorang perempuan tidak hanya menjadi pendamping suami di dunia saja, tetapi ia juga menjadi pendampingnya di dalam kehidupan yang abadi. 

"Oleh karena itu, ia harus berusaha agar tidak menarik perhatian orang lain pada kecantikan dirinya, selain suaminya yang merupakan sahabat dan pendampingnya. Di samping itu, ia juga harus berusaha agar suaminya tidak terusik, murka, dan cemburu," jelas Nursi dikutip dari buku "Al-Lama'at" terbitan Risalah Nur halaman 374-375.

Selain itu, dengan keimanannya, seorang suami yang beriman tidak hanya mencintai istrinya di kehidupan dunia ini saja, dan tidak membatasi cintanya hanya ketika istrinya cantik. 

Namun, kata Nursi, seorang suami harus mencintai dan menghormatinya dengan tulus dan serius yang tidak hanya terbatas pada masa muda dan cantik, tetapi juga pada masa tua, bahkan ketika kecantikan istri telah sirna. 

Sebab, lanjut Nursi, istrinya akan menjadi pendampingnya di kehidupan yang abadi. Oleh karena itu, seorang istri harus mempersembahkan kecantikan dan cintanya hanya kepada suami, sebagaimana hal itu merupakan tuntutan fitrah kemanusiaannya. "Jika tidak, ia akan kehilangan banyak hal," kata Nursi. 

Lebih lanjut, Said Nursi menjelaskan, syariat juga menuntut seorang suami harus sepadan dengan istri. 

Artinya, yang satu harus sesuai dan sejalan dengan lainnya. Dalam hal ini, kesepadanan yang terpenting tentunya adalah kesepadanan agama. 

"Betapa bahagianya seorang suami yang melihat istrinya begitu religius, sehingga ia pun berusaha mengikutinya dan menjadi orang yang taat agar tidak kehilangan istri setianya di kehidupan akhirat nanti," jelas Nursi.

Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

Demikian halnya, lanjut Nursi, betapa beruntungnya seorang istri yang melihat suaminya begitu religius, lalu ia tidak ingin kehilangan pendamping setianya itu di akhirat nanti sehingga ia menjadi orang yang bertakwa.

Sebaliknya, tambah Nursi, sungguh sangat celaka bagi seorang pria yang terjerumus dalam kemaksiatan yang membuatnya kehilangan istri yang salehah selamanya. 

Demikian pula, sungguh malang seorang istri yang tidak mencontoh suaminya yang bertakwa sehingga ia berpisah dengan pendamping abadinya yang mulia.

"Sungguh ribuan celaka pula bagi suami-istri yang saling mencontoh keburukan dan kemaksiatan yang ada sehingga keduanya saling menolong menuju neraka," kata Nursi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler