Ini Masukan Greysia Polii Agar Ganda Putri Bisa Bersaing dengan Cina, Korea, dan Jepang

Greysia menilai secara teknik dan fisik sebenarnya ganda putri Indonesia tak kalah.

Republika/Fitriyanto
Greysia Polii peraih emas cabor bulu tangkis nomor ganda putri Olimpiade Tokyo 2020.
Rep: Fitriyanto Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Greysia Polii memutuskan pensiun dari dunia bulu tangkis, Apriyani Rahayu yang menjadi pasangannya saat meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, dipasangkan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti pada tahun 2022.

Awal-awal duet Apriyani/Fadia benar-benar menjanjikan dengan meraih emas SEA Games 2021 Vietnam yang digelar tahun 2022. Kemudian juara Malaysia Open 2022 dan Singapore Open 2022. Peringkatnya melesat bahkan sempat menembus delapan besar dunia.

Namun seiring waktu berjalan, pola permainan yang sudah mulai diketahui lawan-lawannya, kini duet Apriyani/Fadia kesulitan bersaing. Cedera bergantian dari kedua pemain juga menjadi penyebab sulitnya duet andalan Indonesia di ganda putri ini kembali ke penampilan terbaiknya.

Di saat perhitungan poin untuk Olimpiade 2024 sudah digelar, justru Apriyani/Fadia dan ganda putri lainnya mengalami masa-masa sulit. Keduanya belum ada yang masuk delapan besar. Untuk bisa meloloskan dua wakil ke olimpiade keduanya harus masuk delapan besar race to olympic.

Greysia Polii pun melihat secara teknik dan fisik sebenarnya Apriyani/Fadia dan ganda putri lainnya yang terdekat saat ini Ana/Tiwi tidak kalah dari pemain Cina, Korea, maupun Jepang yang saat ini menguasai berbagai turnamen internasional.

"Teknik dan fisik pemain Indonesia tak kalah dari Cina, Korea dan Jepang. Bahkan saya pernah main 2 jam 41 menit atau 161 menit, yang sampai saat ini masih rekor terlama pertandingan bulu tangkis. Yang jadi kendala hanya mental bertanding saja," ujar Greysia, Rabu (2/8/2023). "Tetapi yang jadi mendarah daging, kadang-kadang ganda putri kita jika lihat atau bermain melawan Cina, Korea, atau Jepang, suka pesimistis."

Greysia juga dulu sempat gemetar sebelum bertanding. "Ini harus diubah, mereka punya bakat yang baik dan tidak kalah dari Cina, Korea, dan Jepang hanya masalah mental bertanding saja," ucapnya

Selain itu, menurut Greysia, faktor lainnya adalah dengan adanya pemain pelapis yang banyak dan kemampuannya tidak terlalu jomplang. "Kita lihat Cina, Korea, dan Jepang mereka punya lebih dari tiga pasang yang kemampuannya hampir sama. Mereka bergantian juara. Ini bikin kepercayaan diri semakin tinggi."

Greysia melihat hal itu ada di sektor ganda putra Indonesia. Di mana sampai ada enam pasangan yang bisa juara bergantian, saling bahu membahu. "Ada Hendra/Ahsan, Markus/Kevin (sebelum dipecah), Fajar/Rian, Leo/Daniel, Pramudya/Yeremia, dan Bagas/Fikri. Ini membuat kepercayaan diri menjadi lebih baik," jelasnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler