Enam Warga Meninggal di Dua Distrik di Papua Tengah: Karena Kelaparan atau Diare?
Pejabat pemerintah terkesan tak satu suara soal penyebab kematian warga Papua Tengah.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mashir Ramadhan, Dessy Suciati Saputri
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memastikan kondisi di dua distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah karena kekeringan dan cuaca dingin ekstrem sejak Juni lalu. Akibatnya, kata dia, masyarakat gagal panen dan tidak memiliki makanan untuk dikonsumsi dalam waktu lama.
“Yang terjadi adalah kekeringan akibat cuaca ekstrem dingin, yang mengakibatkan masyarakat gagal panen, dan tidak ada stok makanan cadangan karena akses yang sulit,” kata Abdul saat dikonfirmasi Republika di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Ditanya korban meninggal akibat kelaparan di dua distrik tersebut, dia meminta awak media untuk menunggu. Menurutnya, pemerintah masih menunggu data puskesmas setempat soal penyebab kematian enam korban jiwa, saat bencana kelaparan berlangsung di Papua Tengah itu.
“Untuk jangka pendek, bantuan dari BNPB, Menko PMK, Panglima TNI, dan Kemensos sudah sampai di lokasi dan diperkirakan cukup sampai 1 bulan ke depan,” ucapnya.
Jika kondisi masih sama, dia memastikan stok bantuan pangan akan ditambah dua hingga dua bulan ke depan, sesuai laporan perkiraan cuaca BMKG. Bantuan, akan selesai hingga masyarakat bisa kembali bercocok tanam.
Abdul menambahkan, saat ini pemerintah pusat memiliki rencana jangka pendek dan menengah di Papua Tengah setelah melaporkan keadaan saat ini kepada Presiden Jokowi. Khusus kepala BNPB, kementerian dan lembaga, ia sebut akan berkunjung berkala ke lokasi.
Sebelumnya, Abdul Muhari menginformasikan, kemarau berkepanjangan diiringi cuaca dingin ekstrem memicu terjadinya gagal panen warga terjadi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini membuat warga kesulitan mendapatkan bahan makan dan air bersih, hingga dilaporkan lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia.
"Penanganan darurat yang telah dilakukan meliputi penyelidikan epidemiologi kepada para korban yang meninggal dunia oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah. Selain itu distribusi bantuan makanan dan obat-obatan serta penyuluhan kesehatan juga dilakukan secara berkala," ujar Abdul, Senin (31/7/2023).
Menteri Koordinatir Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pada Rabu (2/8/2023), menyerahkan bantuan simbolik kepada warga Kabupaten Puncak, di Bandara Mozes Kilangin, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Muhadjir mengungkapkan solusi alternatif berupa pembangunan lumbung pangan untuk persediaan makanan penduduk selama musim kemarau.
"Gambaran sementara kita akan membangun semacam lumbung pangan di Distrik Agandugume di dekat bandara. Dengan begitu kita bisa mengantisipasi pada bulan sebelum Mei kalau bisa sudah ada stok bahan pangan yang disupply BNPB dan Kemensos. Sehingga pada saat terjadi bencana yang periodik ini otomatis bisa teratasi," jelas Muhadjir dalam siaran pers, Kamis (3/8/2023).
Muhadjir menyampaikan, musim kemarau dan kekeringan di Kabupaten Puncak selalu terjadi periodik di pertengahan tahun mulai dari Mei, Juni, dan Juli. Dia menerangkan, setiap datangnya musim kering dan fenomena embun beku, maka akan berdampak pada gagal panen tanaman pangan, serta kekurangan bahan makanan dan air bersih.
Solusi alternatif itu didapatkan dari hasil diskusi yang dia lakukan dengan Kepala BNPB, Bupati Kabupaten Puncak, dan Pangdam Cendrawasih. Lebih lanjut, Muhadjir menyampaikan, rencana itu akan dilaporkan pada Presiden Joko Widodo dan akan dilakukan kajian yang lebih cermat sampai menjadi bagian antisipasi permanen dalam menghadapi fenomena periodik di Kabupaten Puncak.
"Akan kita diskusikan kepada Bapak Presiden, kita bentuk kajian yang lebih cermat lagi. Tapi gambaran sementara kita akan membangun semacam lumbung pangan di Agandugume di dekat bandara yang posisinya strategis untuk bisa dijangkau tiga distrik itu," jelas dia.
Kemudian, untuk merealisasilan rencana tersebut, keterbatasan pengangkutan logitik karena medan yang sulit, dan juga kendala cuaca masih menjadi permasalahan. Untuk segi keamanan Bupati Puncak, Wilem Wandik, telah memberikan jaminan keamanan.
Muhadjir berharap kerja sama semua pihak untuk membantu kelancaran pengiriman bantuan logistik dari pemerintah. Karenanya dia berharap seluruh pihak bisa bahu membahu dan melancarkan proses penanganan musim kemarau di tiga distrik Kabupaten Puncak yang akan menyelamatkan nyawa masyarakat.
"Saya harapkan kerja sama di tempat ini betul-betul tidak ada gangguan di lapangan termasuk kita mengirim barang bantuan agar betul-betul sampai pada mereka yang membutuhkan," jelas dia.
Berbeda dengan kekterangan BNPB, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut sejumlah warga yang meninggal di Kabupaten Puncak, Papua Tengah tidak disebabkan karena kelaparan. Berdasarkan laporan Sekretaris Wilayah Daerah dan Kepala Dinas setempat, Mentan mengatakan, sejumlah warga yang meninggal tersebut menderita diare.
"Saya habis dua tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari Sekwilda dan Kadis setempat bukan kelaparan. Diare," ujar Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8/2023)
Syahrul menjelaskan, pada hari pertama, warga tersebut mengalami muntah hingga 20 kali dan juga diare yang menyebabkan dehidrasi. Mentan pun menyiapkan sejumlah langkah darurat untuk membantu penanganan kondisi tersebut selama tiga bulan ke depan.
Selain itu, ia juga akan mengirimkan sekitar 10 ribu tanaman polybag ke enam distrik yang mengalami bencana kelaparan. "Yang kedua temporary agenda saya akan mobilisasi kurang lebih 10.000 polybag. Tanaman polybag di sekitar halaman rumah. Karena di sana enam distrik. Satu distrik yang bersoal," kata dia.
Menurut Syahrul, pemerintah tidak boleh gegabah dalam melakukan penanganan darurat untuk membantu warga sekitar mengingat kondisi wilayah yang berada di ketinggian. Untuk bisa mensuplai kebutuhan warga setempat, Mentan menyebut akan berfokus pada daerah Timika.
"Agenda ketiga, permanent agenda saya akan buat lahan penyangga di sana. Dan saya kira kalau di puncak itu masalah hujan es dan lain-lain setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," jelasnya.
Meskipun demikian, Mentan mengakui di daerah tersebut juga terjadi cuaca ekstrem. Karena itu, ia menyebut akan kembali mengecek kondisi warga setempat pada pekan depan untuk melakukan intervensi.
Sementara, terkait food estate yang sudah dibangun di Kabupaten Keerom, Papua, Mentan mengatakan disiapkan untuk memenuhi kebutuhan di Papua Barat.
"Kan jauh banget dari Papua ke sana. Ini di atas gunung. Cuma bisa dilakukan pendekatan di Timika. Oleh karena itu, di Papua itu yang disiapkan sekarang itu food estate memang untuk kepentingan Papua Barat, dan ini (bencana) di Papua Tengah," ujar dia.