10 Hadits tentang Keutamaan Alquran (1)
Alquran memiliki banyak keutamaan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran merupakan kitab yang paling sempurna sebagai penutup kitab-kitab yang sebelumnya. Di dalamnya ada petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Ada banyak hadits yang menunjukkan keutamaan Alquran.
Seperti dikutip dari buku 40 Hadits Keutamaan Alquran oleh Syaikh Abu Muhammad Al-Biqa’i Asy-Syami Al-Atsari, Berikut di antara Hadits-Hadits Keutamaan Alquran:
1.- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَقْرَأَنِى جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ، ثُمَّ لَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jibril membacakan kepadaku Alquran dengan suatu qiraah lalu aku mengulang-ulangnya, kemudian aku meminta terus agar dia menambah, lalu dia pun menambah untukku hingga menjadi tujuh qiraah.” [Muttafaqun ‘Alaihi: Shahîh Al-Bukhârî (no. 3047, III/1177), Shahîh Muslim (no. 818, I/561), Shahîh Ibnu Hibbân (no. 737, III/11), dan Sunan ash-Shugrâ an-Nasâ`î (no. 1045)]
2.- عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ يَشْتَدُّ عَلَيْهِ لَهُ أَجْرَانِ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seseorang yang mahir dalam Alquran bersama dengan malaikat yang mulia lagi taat, dan seseorang yang membaca Alquran dengan terbata-bata mendapat dua pahala.” [Muttafaqun ‘Alaihi: Shahîh Al-Bukhârî (no. 4653, IV/1882), Shahîh Muslim (no. 798, I/549), Shahîh Ibnu Hibbân (no. 767, III/44), Sunan At-Tirmidzî (no. 2904, V/171), Sunan ash-Shugrâ an-Nasâ`î (no. 986, I/542), Sunan Abû Dâwûd (no. 1453, II/70), Sunan Ibnu Mâjah (no. 3779, II/1242), Musnad Ahmad (no. 24257), dan Sunan ad-Dârimî (no. 3368)]
3.عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ فَقَرَأَهُ فِيمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الظُّهْرِ كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنْ اللَّيْلِ
Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa tidur dengan (membaca) satu hizb Alquran atau sebagian darinya lalu membacanya antara shalat Subuh dan shalat Zhuhur, maka dia akan dicatat seperti orang yang membacanya pada malam hari.” [Shahih: Shahîh Muslim (no. 747, I/515), Shahîh Ibnu Hibbân (no. 2643, VI/369), Sunan At-Tirmidzî (no. 581, II/474), Shahîh Muslim (no. 1643, I/457), Sunan Abû Dâwûd (no. 1313, II/34), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1343), dan Sunan ad-Dârimî (no. 1477, I/412)]
4.عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ قُلْتُ: إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ: اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Alquran dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku sanggup lebih dari itu,” hingga beliau bersabda, “Bacalah ia dalam tujuh hari dan jangan kurang dari itu.” [Muttafaqun ‘Alaihi: Shahîh Al-Bukhârî (no. 4767, IV/1924), Shahîh Muslim (no. 1159, II/418), Shahîh Ibnu Hibbân (no. 757, III/34), Sunan ash-Shugrâ an-Nasâ`î (no. 1035, I/561), Sunan Abû Dâwûd (no. 1390, III/54), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1346, I/428), dan Musnad Ahmad (no. 6546, II/165)]
5.عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ لَمْ يَفْقَهْهُ
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur`an kurang dari tiga hari tidak akan bisa memahaminya.”
[Shahih: Sunan At-Tirmidzî (no. 2946, V/196), Sunan ash-Shugrâ an-Nasâ`î (no. 1037), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1347, I/428), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2168, II/394)]