Upaya Kembangkan Budi Daya Maggot Terintegrasi di Tasikmalaya

Budi daya maggot diintegrasikan dengan peternakan dan pertanian. 

Republika/Bayu Adji P
Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah bersama Senior Supervisor CSR PT Pertamina Regional Jawa Bagian Barat Muslim Darmawan meninjau kandang magot di kawasan TPA Ciangir, Kota Tasikmalaya, Rabu (2/8/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Karang Taruna Kecamatan Tamansari di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, berupaya mengembangkan budi daya maggot atau larva lalat secara terintegrasi. Budi daya maggot ini dipadukan dengan kegiatan peternakan dan pertanian.


Budi daya maggot dilakukan oleh para pemuda Karang Taruna Tamansari di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Kota Tasikmalaya. Budi daya larva lalat itu memanfaatkan sampah organik dari Pasar Cikurubuk. Larva yang dibudidayakan itu nantinya dijadikan pakan untuk ternak ayam.

Ketua Karang Taruna Kecamatan Tamansari, Wahid, mengatakan, budi daya maggot sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Upaya budi daya itu pun disambut oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya dan Pertamina, yang juga memiliki program untuk pengelolaan sampah, khususnya di TPA Ciangir.

“Alhamdulillah gayung bersambut dengan program pemerintah. Selain itu, Pertamina juga datang melihat kondisi TPA Ciangir yang belum memiliki tempat pengelolaan,” kata Wahid, Rabu (2/8/2023).

Setelah melakukan sejumlah komunikasi, Karang Taruna Kecamatan Tamansari mendapatkan bantuan untuk pengelolaan sampah melalui program budi daya maggot terintegrasi dari Pertamina. Bantuan dari Pertamina diberikan sejak 2022, dengan harapan Karang Taruna Kecamatan Tamansari dapat menjadi mandiri melakukan budi daya maggot terintegrasi. 

Menurut Wahid, pihaknya mendapat bantuan berupa pelatihan budi daya maggot dan pengadaan sejumlah peralatan untuk budi daya maggot terintegrasi. “Jadi, kami sekarang tidak hanya melakukan budi daya maggot, tapi meningkat ke sektor peternakan ayam dan pertanian jagung,” ujar Wahid.

Wahid menjelaskan, selama ini budi daya maggot hanya berakhir dalam bentuk pakan ayam. Tak banyak pelaku budi daya yang merambah ke sektor peternakan, apalagi pertanian.

Melalui program budi daya maggot terintegrasi, pemuda di Karang Taruna Kecamatan Tamansari diharapkan dapat bergerak juga di sektor peternakan. Pemenuhan kebutuhan pakan untuk peternakan itu dapat dilakukan secara mandiri, dari maggot dan pertanian jagung.

Wahid menjelaskan, pada dasarnya maggot yang dibudidayakan dari sampah organik dari Pasar Cikurubuk itu digunakan untuk pakan ayam. Namun, kandungan pakan ayam tak hanya cukup dari kandungan nutrisi yang terkandung dari maggot

Ia mengatakan, ayam peternak juga harus mendapatkan kandungan karbohidrat dalam pakannya, yang umumnya diperoleh dari jagung. Selain itu, pakan ayam juga harus mengandung dedak. “Karenanya, sekarang kami mencoba buat pakan sendiri dari maggot dan jagung,” kata dia.

 

 

Wahid mengatakan, sejauh ini Pertamina telah memberikan bantuan berupa pengadaan kandang dan ayam. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan diberi pelatihan untuk menanam jagung. Ia menilai, potensi dalam budi daya maggot terintegrasi sangatlah besar. 

Program budi daya maggot terintegrasi juga dapat memangkas biaya produksi dalam sektor peternakan. “Ini menghilangkan biaya produksi untuk peternakan ayam. Nantinya kita produksi pakan dengan maggot dan jagung sendiri. Jadi tidak beli pakan lagi. Paling tinggal cari huut (dedak),” kata Wahid.

Senior Supervisor CSR PT Pertamina Regional Jawa Bagian Barat, Muslim Darmawan, mengatakan, bantuan yang diberikan itu merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pertamina ingin mendorong upaya pengurangan volume sampah yang diangkut ke TPA Ciangir.

“Di sini kami juga support mesin pencacah sampah organik. Kami juga buat program maggot terintegrasi. Nanti juga kami support lagi mesin pencacah sampah anorganik, itu akan dikomunikasikan kepada pimpinan pusat,” kata Muslim.

Pengelolaan sampah

Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah mengapresiasi dukungan Pertamina melalui program CSR untuk mendorong pengelolaan sampah organik. Apalagi, selama ini belum ada tempat pengelolaan sampah di TPA Ciangir. 

Alhamdulillah, di TPA Ciangir sudah ada tempat pengelolaan sampah. Memang saat ini baru sampah organik, dengan kandang maggot yang dikelola Karang Taruna Kecamatan Tamansari,” kata dia.

Menurut Cheka, bantuan itu sejalan dengan dengan program pemerintah yang berupaya meningkatkan pengelolaan sampah. Ia menilai, bantuan itu akan sangat bermanfaat bagi Kota Tasikmalaya. 

“Sekarang sampah di TPA tak hanya ditumpuk, tapi juga diolah. Meski baru ada pengolahan sampah organik, mudah-mudahan dalam waktu dekat sampah anorganik bisa juga diolah. Pertamina juga siap bantu untuk pengelolaan sampah anorganik di sini,” kata Cheka.

Dalam upaya pengelolaan sampah, Pemkot Tasikmalaya tengah memproses penerbitan regulasi terkait pengurangan sampah plastik. Cheka menargetkan tahun ini Kota Tasikmalaya telah memiliki regulasi mengenai penggunaan plastik sekali pakai. 

“Draf (regulasi) sudah saya baca, sedang proses administrasi. Jadi nanti toko modern sudah bisa mengurangi plastik, sebagaimana di kota besar lainnya,” kata Cheka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler