Akankah AS-Iran Mengulang ‘Tanker War’ di Selat Hormuz?

Apa urusan Amerika dengan Teluk Persia, Teluk Oman, dan Samudra India?

EPA-EFE/HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE ONLY
Foto dari Garda Revolusi menunjukkan militer Iran menembakkan rudal dengan target tiruan kapal induk AS di Selat Hormuz, 28 Juli 2020.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran terus membekali angkatan laut Garda Revolusi dengan beragam senjata. Langkah ini ditempuh untuk merespons kehadiran militer AS di Selat Hormuz yang menjadi lalu lintas kapal-kapal pembawa minyak dan gas cair dunia. 

Baca Juga


Kantor berita Iran, IRNA melaporkan bekal senjata untuk  Garda Revolusi yang beroperasi di Selat Hormuz termasuk beragam tipe drone dan beberapa ratus rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan jarak dari 300 km hingga 1.000 km. 

Komandan AL Garda Revolusi Alireza Tangsiri menyatakan rudal-rudal baru ini punya presisi lebih baik seperti rudal jarak jauh. ‘’Rudal penjelajah ini mampu menyerang sasaran secara simultan dan perintah bisa diubah setelah rudal mengudara,’’ katanya, Sabtu (5/8/2023).

Pada Rabu lalu, Garda Revolusi melakukan latihan militer mengejutkan, sebab mereka menggelarnya di pulau-pulau sengketa. Sejumlah unit dikerahkan dalam latihan ini di antaranya kapal cepat berukuran kecil, paratroopers, dan unit rudal. 

Keputusan melengkapi persenjataan AL Garda Revolusi, ditempuh setelah militer AS menawarkan pengawalan bersenjata di kapal-kapal komersial yang melintasi Selat Hormuz. Untuk kepentingan itu, militer AS melatih personel yang ada di Timur Tengah. 

Selat Hormuz memiliki panjang 39 km, jalur penting transportasi minyak dunia, membentuk jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman. Ini satu-satunya rute ke laut bebas bagi lalu lintas seperenam minyak dan dua pertiga gas cair dunia. 

Pertimbangan AS melakukan pengawalan bersenjata karena banyak kapal melintas di perairan tersebut ditahan militer Iran.  Potensi hadirnya pengawalan oleh militer AS mendapat tanggapan dari juru bicara angkatan bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi

Ia menegaskan, negara-negara kawasan yang berada di sekitar perairatan Selat Hormuz mampu menjaga secara penuh perairan tersebut tanpa harus ada campur tangan pihak lain. Mestinya, AS tak mengurusi masalah keamanan di sana. 

‘’Apa urusan Amerika dengan Teluk Persia, Teluk Oman, dan Samudra India? Apa urusan Anda di sini?,’’ tanya Shekarchi seperti dikutip kantor berita semi resmi, Tasnim yang dilansir laman berita Aljazirah, Sabtu (5/8/2023).


Upaya AS melakukan pengawalan pasukan bersenjata di kapal-kapal komersial, memiliki dua kemungkinan. Pertama, akan menghentikan penahanan kapal oleh Iran dan kedua bisa saja malah menambah ketegangan kedua negara di Selat Hormuz.

Sejak 2019, Iran melakukan serangkaian penahanan terhadap kapal komersial di perairan Selat Hormuz, bagian dari menekan Barat terkait bubarnya kesepakatan nuklir dan melakukan kesepakatan dengan negara-negara berkuasa. 

Setelah menahan kapal, Teheran biasanya menyatakan kapal-kapal itu melanggar aturan pelayaran. Beberapa kapal dilepaskan setelah negara-negara asing membebaskan pula kapal-kapal milik Iran yang mereka tahan. 

Menurut Aljazirah, AS belum mengambil langkah drastis sejak peristiwa  “Tanker War”,  puncak perseteruan angkatan laut AS dan Iran yang memicu pertempuran satu hari pada 1988. Ini dianggap sebagai perseteruan laut terbesar sejak Perang Dunia II. 

Hingga saat ini, AS telah mengirimkan kapal perang A-10 Thunderbolt II, pesawat tempur  F-16 dan F-35, kapal perusak USS Thomas Hudner, serta sejumlah kapal perang ke kawasan perairan Teluk Hormuz, tempat armada laut Iran beraksi. 



sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler